"Kami berharap Korea dapat menjadi mitra bagi Indonesia untuk saling berbagi pengalaman dalam menyukseskan transisi energi," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji dalam acara The 12th Indonesia-Korea Energy Forum (IKEF) yang dikutip di Jakarta, Kamis.
Indonesia dan Korea telah menjalin hubungan bilateral sejak lama dan terus memperkuat kerja sama di bidang energi, termasuk minyak dan gas bumi.
Tutuka mengatakan hubungan diplomatik kedua negara yang terjalin dengan baik dan tahun ini genap berlangsung 48 tahun dapat menjadi dasar bagi Kementerian ESDM dan Kementerian Perdagangan, Industri dan Energi Korea untuk terus memperkuat kerja sama.
Baca juga: Di Forum ASEAN, Menteri ESDM: Transisi energi sesuai kebutuhan negara
"Pemerintah mendorong agar BUMN dan swasta untuk menghadiri pertemuan tahunan ini dan bersama-sama menjajaki peluang kerja sama di bidang migas, kelistrikan, energi terbarukan, mineral dan batubara, penelitian dan pengembangan, serta pengembangan sumber daya manusia," jelas Tutuka.
Delegasi Indonesia mengharapkan agar pertemuan ini dapat bermanfaat dalam mengembangkan kerja sama kedua negara dalam waktu dekat.
Pada subsektor energi baru dan terbarukan, Indonesia memiliki potensi sebesar 648.300 megawatt, namun baru 2,0 persen atau sekitar 10.697 megawatt yang termanfaatkan.
Potensi itu berasal dari surya, hidro, panas bumi, angin, dan bioenergi. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk peningkatan kapasitas energi baru terbarukan mulai dari mempercepat pemanfaatan potensi energi hijau, konversi energi primer fosil, dan pemanfaatan energi baru terbarukan non-listrik atau non-BBM.
Penggunaan energi terbarukan merupakan salah satu upaya Indonesia untuk memenuhi target netralitas karbon pada 2060 atau bahkan lebih cepat.
Baca juga: Menteri ESDM paparkan lima prinsip utama capai nol emisi karbon
Sementara untuk mencapai keseimbangan antara peningkatan produksi gas dan target emisi karbon, Indonesia mendorong penggunaan teknologi dan inovasi rendah emisi, termasuk penerapan carbon capture, storage and utilization (CCUS) di wilayah kerja migas.
Berdasarkan kajian depleted reservoir migas, Indonesia memiliki potensi penyimpanan yang signifikan sekitar 1,5 gigaton karbon dioksida yang tersebar di beberapa daerah terutama di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Papua.
Saat ini, beberapa studi sedang berlangsung di Gundih, Sukowati dan Tangguh dengan total potensi simpanan karbondioksida sekitar 43 juta ton.
Selanjutnya, dalam upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan CCUS di tanah air, Indonesia telah mendirikan Center of Excellence untuk CCS dan CCUS yang didukung oleh berbagai institusi pemerintah dan universitas.
"CCUS diharapkan dapat mendukung pencapaian target emisi karbon di Indonesia. Saya juga berharap kerja sama CCUS dapat dijajaki oleh Indonesia dan Korea di masa mendatang," ujar Tutuka.
Deputy Minister for Energy Industry, Ministry of Trade, Industry and Energy Korea Kang Kyungsung selaku menyambut baik kerja sama dengan Indonesia di sektor energi.
Baca juga: Menteri Arifin: Transisi energi beri peluang berkarya bagi milenial
Menurutnya, Indonesia merupakan salah satu mitra kerja sama yang penting bagi Korea. Hubungan kerja sama antara Indonesia dan Korea telah terjalin cukup lama dengan area kerja sama yang terus diperluas, hingga melibatkan sektor swasta.
Indonesia dan Korea memiliki kerja sama yang aktif di sektor hydropower dan energi baru terbarukan. Diskusi mendalam itu diyakini akan bermanfaat bagi kedua belah pihak, termasuk diskusi mengenai energi konvensional hingga emisi karbon.
Baca juga: Menkeu: RI butuh 5,7 miliar dolar AS per tahun danai transisi energi
Baca juga: Menko Airlangga: Pemerintah akan buat kebijakan nilai ekonomi karbon
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021