Indonesia telah berada dalam kondisi terus menekan angka penularanJakarta (ANTARA) - Juru Bicara Pemerintah untuk Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmidzi mengemukakan situasi global pandemi COVID-19 perlu menjadi pembelajaran bagi masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan.
"Salah satu yang dianggap mempengaruhi peningkatan kasus adalah sudah dilakukannya berbagai pelonggaran dan penurunan kepatuhan terhadap protokol kesehatan, seperti penggunaan masker, cuci tangan, dan jaga jarak,” kata Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers yang diikuti dari YouTube Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) di Jakarta, Rabu.
Nadia mengatakan pemerintah terus mengingatkan masyarakat bahwa pandemi belum usai. Pergerakan virus COVID-19 dinamis pada tingkat global, tingkat kepatuhan protokol kesehatan di tanah air, serta target cakupan vaksinasi yang masih harus dikejar jadi pengingat bahwa kewaspadaan harus tetap ditingkatkan.
Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per 26 Oktober 2021, kata Nadia, terjadi peningkatan jumlah kasus dan kematian di tingkat global.
Baca juga: Kasus COVID di Eropa naik, Menlu Retno minta Indonesia waspada
Baca juga: Puan sampaikan urgensi rencana global akhiri pandemi
Dari situasi tersebut, Indonesia dapat mengambil pelajaran bahwa vaksin saja belum cukup, melainkan harus diimbangi dengan kepatuhan terhadap protokol kesehatan yang sudah ditetapkan, kata Nadia menambahkan.
Di tanah air, meski situasi pandemi terkendali, namun hari libur panjang dalam rangka Natal dan Tahun Baru akan segera tiba. Untuk itu Nadia mengingatkan ada potensi peningkatan mobilitas penduduk pada waktu tersebut.
Situasi itu disebut Nadia dapat membuka risiko terjadinya lonjakan kasus dan bahkan gelombang ketiga COVID-19.
“Kita dapat mencegah potensi lonjakan kasus atau potensi gelombang ketiga dengan menjadikan mobilitas tidak meningkat sampai pada angka 10 persen seperti pada kondisi yang sama 2020 dan usai Idul Fitri 2021,” katanya.
Menurut Nadia saat ini terdapat 105 kabupaten/kota di 30 propinsi yang terlihat ada tren peningkatan kasus konfirmasi dalam tujuh pekan terakhir.
"Hal ini tentunya menuntut kewaspadaan bersama, mengingat Indonesia telah berada dalam kondisi terus menekan angka penularan kasus COVID-19 sekaligus menekan jumlah kasus positif pada level serendah mungkin," ujarnya.
Baca juga: AIPI: Perkuat diplomasi sains atasi tantangan global dan COVID
Dari situasi tersebut, Indonesia dapat mengambil pelajaran bahwa vaksin saja belum cukup, melainkan harus diimbangi dengan kepatuhan terhadap protokol kesehatan yang sudah ditetapkan, kata Nadia menambahkan.
Di tanah air, meski situasi pandemi terkendali, namun hari libur panjang dalam rangka Natal dan Tahun Baru akan segera tiba. Untuk itu Nadia mengingatkan ada potensi peningkatan mobilitas penduduk pada waktu tersebut.
Situasi itu disebut Nadia dapat membuka risiko terjadinya lonjakan kasus dan bahkan gelombang ketiga COVID-19.
“Kita dapat mencegah potensi lonjakan kasus atau potensi gelombang ketiga dengan menjadikan mobilitas tidak meningkat sampai pada angka 10 persen seperti pada kondisi yang sama 2020 dan usai Idul Fitri 2021,” katanya.
Menurut Nadia saat ini terdapat 105 kabupaten/kota di 30 propinsi yang terlihat ada tren peningkatan kasus konfirmasi dalam tujuh pekan terakhir.
"Hal ini tentunya menuntut kewaspadaan bersama, mengingat Indonesia telah berada dalam kondisi terus menekan angka penularan kasus COVID-19 sekaligus menekan jumlah kasus positif pada level serendah mungkin," ujarnya.
Baca juga: AIPI: Perkuat diplomasi sains atasi tantangan global dan COVID
Baca juga: Indonesia ambil peran dalam pembangunan sistem kesehatan global
Nadia juga mengimbau masyarakat untuk tidak ragu dan tidak takut ikut vaksinasi COVID-19 sesuai jadwal yang tersedia. “Kita bisa akhiri pandemi COVID-19 jika kita bersatu melawannya. Sejarah membuktikan, vaksin beberapa kali telah menyelamatkan dunia dari pandemi. Vaksin adalah salah satu temuan berharga dunia sains,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru Reisa Broto Asmoro menyoroti penurunan tingkat kepatuhan Prokes di tengah masyarakat.
“Dari seluruh lokasi kerumunan yang dipantau dalam tujuh hari terakhir, penurunan prokes terjadi di restoran dan kedai 20,6 persen dan tempat wisata 9,9 persen termasuk ke dalam kategori kepatuhan memakai masker kurang dari 60 persen. Ini adalah titik lengah,” ujarnya.
Ia mengingatkan meski berkumpul dengan orang yang sudah divaksin dan diketahui status kesehatannya melalui aplikasi PeduliLindungi, namun sebaiknya masyarakat tidak terlalu percaya diri untuk berkerumun dan melakukan kontak tanpa memakai masker. "Apalagi cakupan vaksinasi nasional belum mencapai 100 persen," katanya.
Menurut Reisa baru sekitar 25 persen dari kelompok masyarakat rentan yang divaksin lengkap dan baru 50 persen warga rentan dan umum yang sudah vaksin kesatu.
Untuk kelompok usia 12-17 tahun, katanya, baru 3,1 juta lebih anak yang telah divaksin lengkap dan 3,8 juta baru mendapatkan dosis pertama.
“Dan yang paling serius adalah kaum lansia masih banyak yang harus diajak untuk ikut vaksinasi,” katanya.
Baca juga: Satgas Penanganan COVID-19 apresiasi kepatuhan masyarakat taati prokes
Nadia juga mengimbau masyarakat untuk tidak ragu dan tidak takut ikut vaksinasi COVID-19 sesuai jadwal yang tersedia. “Kita bisa akhiri pandemi COVID-19 jika kita bersatu melawannya. Sejarah membuktikan, vaksin beberapa kali telah menyelamatkan dunia dari pandemi. Vaksin adalah salah satu temuan berharga dunia sains,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru Reisa Broto Asmoro menyoroti penurunan tingkat kepatuhan Prokes di tengah masyarakat.
“Dari seluruh lokasi kerumunan yang dipantau dalam tujuh hari terakhir, penurunan prokes terjadi di restoran dan kedai 20,6 persen dan tempat wisata 9,9 persen termasuk ke dalam kategori kepatuhan memakai masker kurang dari 60 persen. Ini adalah titik lengah,” ujarnya.
Ia mengingatkan meski berkumpul dengan orang yang sudah divaksin dan diketahui status kesehatannya melalui aplikasi PeduliLindungi, namun sebaiknya masyarakat tidak terlalu percaya diri untuk berkerumun dan melakukan kontak tanpa memakai masker. "Apalagi cakupan vaksinasi nasional belum mencapai 100 persen," katanya.
Menurut Reisa baru sekitar 25 persen dari kelompok masyarakat rentan yang divaksin lengkap dan baru 50 persen warga rentan dan umum yang sudah vaksin kesatu.
Untuk kelompok usia 12-17 tahun, katanya, baru 3,1 juta lebih anak yang telah divaksin lengkap dan 3,8 juta baru mendapatkan dosis pertama.
“Dan yang paling serius adalah kaum lansia masih banyak yang harus diajak untuk ikut vaksinasi,” katanya.
Baca juga: Satgas Penanganan COVID-19 apresiasi kepatuhan masyarakat taati prokes
Baca juga: Ahli: Kepatuhan prokes sebagai kunci adaptasi saat pandemi COVID-19
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021