Kairo (ANTARA News) - Duta Besar RI untuk Libya, Sanusi, mengatakan bahwa warga negara Indonesia (WNI) di Libya yang belum dievakuasi masih terdapat beberapa orang lagi termasuk staf Kedutaan Besar Republik Indonesia.
"Di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tripoli masih ada empat tenaga kerja wanita (TKW) dan 12 staf KBRI, masih dalam kondisi aman," kata Dubes Sanusi yang dihubungi ANTARA lewat telepon dari Kairo, Mesir, Jumat.
Kendati demikian, KBRI masih menunggu instruksi dari Jakarta untuk evakuasi semua WNI tersebut bila kondisi darurat, kata Dubes Sanusi.
Selain TKW dan staf KBRI, terdapat pula dua mahasiswa Indonesia yang ingin tetap tingggal di asrama universitas setempat, begitu pula beberapa TKW lainnya juga ingin tinggal bersama majikan mereka Libya, katanya.
Dubes menuturkan bahwa KBRI kesulitan melacak puluhan TKW lagi di Libya karena mereka tidak mendaftarkan diri di KBRI saat kedatangan.
Sebelumnya,KBRI Tripoli telah melakukan dua kali kloter evakuasi WNI ke Tunis dengan mencarter penerbangan Tunisia Air, yaitu kloter pertama pada 26 Feberuari sebanyak 253 orang, dan kloter kedua pada Rabu (2/3) sejumlah 218 orang.
Sebagian besar WNI yang dievakuasi ke Tunisia tersebut telah kembali ke Indonesia dengan penerbangan reguler atas bantuan KBRI Tunis.
Sementara itu, Kepala Fungsi Penerangan KBRI Kairo, Iwan Wijaya Mulyatno pada Kamis (3/2) mengatakan delapan WNI yang sempat terjebak di Benghazi, Libya telah dievakuasi ke Mesir.
Menurut Iwan, terjebaknya delapan WNI yang terdiri atas tujuh TKW dan satu pria itu diketahui bermula dari telepon salah seorang bernama Ida Nurjanah menelepon kepada Kepala Fungsi Protokol dan Konsuler (Protkons) KBRI Kairo, Muhammad Abdullah bahwa ia dan tujuh temannya merasa tercekam di Benghazi dan meminta bantuan KBRI Kairo menyelamatkan mereka.
Protkons Abdullah kemudian mengarahkan mereka agar segara menuju Shalom, pintu perbatasan antara Libya dan Mesir.
Duta Besar RI untuk Mesir A.M. Fachir kemudian memerintahkan Sekretaris Satu KBRI, Thomas Ardian Siregar, menjemput mereka di pintu perbatasan Shalom.
Thomas segera melakukan pertemuan dengan petugas imigrasi Mesir dan secara persuasif menjelaskan situasi dan kondisi para TKI itu yang perlu diselamatkan dan meminta agar dapat masuk Mesir tanpa visa.
Pihak imigrasi Mesir bersikap kooperatif, bahkan dua TKI yang tidak memiliki paspor, oleh Thomas langsung dibuatkan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP), dan mereka pun dipersilahkan masuk ke Mesir pada akhir pekan lalu.
(M043/Z002/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011