Jakarta (ANTARA News) - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia Jumat memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada 6,75 persen, dengan tidak mengubah arah kebijakan moneter yang cenderung ketat sebagai upaya untuk pengendalian tekanan inflasi yang masih tinggi.
Kepala Biro Humas BI Difi A Johansyah mengatakan, BI akan terus mewaspadai perkembangan inflasi kedepan dan menyesuaikan tingkat BI Rate secara terukur pada waktunya, dengan mengupayakan pengendalian inflasi, khususnya tekanan imported inflation dari kenaikan komoditas internasional.
Nilai tukar rupiah terbuka peluang untuk menguat sejalan dengan membaiknya fundamental ekonomi global.
Disamping itu, langkah pengendalian likuiditas melalui penerapan kebijakan makroprudensial dan operasi moneter juga terus diperkuat dengan tetap memperhatikan kebutuhan likuiditas perbankan yang sehat, termasuk dengan mulai berlakunya ketentuan GWM LDR dan GWM Valas per 1 Maret 2011.
Melalui bauran kebijakan moneter dan makroprudensial tersebut, serta komitmen Pemerintah yang kuat untuk mengatasi tingginya harga komoditas pangan, Bank Indonesia meyakini inflasi IHK dapat dijaga pada sasarannya yakni 4-6 persen untuk 2011 dan 3,5-5,5 persen 2012.
Dikatakannya, inflasi IHK pada Februari 2011 mencapai 0,13 persen (mtm) atau 6,84 peren (yoy) sedikit menurun, namun risiko tekanan inflasi ke depan masih cukup tinggi.
Koreksi harga beras dan cabai akibat membaiknya pasokan sejalan dengan kebijakan Pemerintah, mempengaruhi inflasi kelompok volatile foods yang mengalami deflasi sebesar 0,48 persen (mtm). Sementara itu, tekanan inflasi kelompok administered prices sejauh ini masih minimal yakni mencapai 0,32 persen (mtm) atau 5,34 persen (yoy).
Namun, Bank Indonesia terus mewaspadai kenaikan inflasi kelompok inti yang mulai meningkat yakni tercatat sebesar 0,31 persen (mtm) atau 4,36 persen (yoy), terutama yang selama ini dipengaruhi oleh tingginya inflasi volatile foods dan kenaikan harga komoditas internasional.
Indikator ekspektasi inflasi di pasar keuangan mulai terindikasi menurun meski masih tinggi sebagai respon dari kenaikan BI-Rate, sementara ekspektasi inflasi di kalangan produsen, pedagang, dan konsumen belum banyak terpengaruh.
Karenanya, Bank Indonesia akan terus menempuh langkah-langkah kebijakan moneter dan makroprudensial, termasuk mengendalikan pengaruh imported inflation tersebut dengan penguatan nilai tukar Rupiah.
(D012/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011