Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat Rabu memberi sinyal semakin hati-hati menyangkut intervensi militer di Libya dengan memunculnya kekhawatiran, Al-Qaeda kemungkinan dapat memperoleh pijakan jika negara Afrika Utara itu terpuruk ke dalam kekacauan.

Dalam testimoni kepada Senat AS, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton memperingatkan bahwa apapun intervensi AS untuk membantu lawan-lawan Moamer Kadhafi akan menjadi "kontroversial" baik di Libya maupun di komunitas Arab yang lebih luas, demikian AFP melaporkan.

Dia mengatakan, Washington memahami kaum oposisi Libya ingin "dipandang melakukan ini sendiri" di saat mereka mencoba mencari jalan untuk mendongkel Kadhafi dan kekuatan-kekuatannya dari ibukota Tripoli dan wilayah lain yang mereka kuasai.

Dalam pidatonya Rabu, Kadhafi memperingatkan bahwa "ribuan" orang akan mati jika Barat mengintervensi dengan mendukung pemberontakan yang sudah lebih dari dua minggu melawan dirinya.

22 anggota Liga Arab Rabu mengadopsi resolusi yang nampaknya akan menentang segala intervensi asing di Libya sebelum kemudian mengumumkan akan mempertimbangkan dukungan zona larangan terbang terhadap sesama negara Arab itu.

Dalam kesaksiannya di Senat, Clinton menggarisbawahi komentar para pejabat pertahanan AS yang mengatakan Selasa bahwa penerapan zona larangan terbang akan menjadi "luar biasa" kompleks dan bahwa NATO belum akan menyepakati intervensi militer apapun di sana.

"Kehati-hatian besar sedang dijalankan terkait tindakan apapun yang mungkin kami ambil selain daripada dukungan misi kemanusiaan," kata kepala diplomat AS itu ketika ditanya tentang opsi militer terhadap Libya.

Dia mengingatkan kembali bagaimana pemerintahan mantan presiden Bill Clinton, suaminya, menghadapi dilema serupa di semenanjung Balkan pada 1990-an sebelum pada akhirnya memutuskan larangan terbang di sana akan memajukan perdamaian dan stabilitas.

Menunjuk pada Libya, Clinton mengatakan kepada Komite Hubungan Luar Negeri Senat: "Saya pikir kita masih jauh untuk mengambil keputusan tersebut."

Meski AS berhati-hati, dia menambahkan: "Kami tidak mengesampingkan opsi, sejauh pemerintah Libya terus mengarahkan senjatanya kepada rakyatnya sendiri."

Jika Amerika Serikat dan NATO memberlakukan zona larangan terbang, pesawat militer AS dan sekutu akan memastikan bahwa pesawat tempur dan helikopter Kadhafi digrounded supaya mereka tidak dapat menyerang oposisi Libya.

Senat AS Selasa secara bulat meloloskan resolusi simbolis mendesak dunia agar mempertimbangkan pemberlakuan zona larangan terbang atas Libya sedangkan John Kerry, ketua komite Senat Demokrat, menyatakan dukungannya Rabu.

"Zona larangan Terbang bukanlah usulan jangka panjang dan kami harus siap untuk mengimplementasikannya jika perlu," kata Kerry dalam sebuah pernyataan.

Kapal perang AS, USS Kearsage dan USS Ponce, Rabu menuju Laut Tengah dalam perjalanan ke Libya, kata Otoritas Terusan Suez.

Kelompok persiapan ampibi Kearsage, dengan sekitar 800 marinir, armada helikopter dan fasilitas medis, dapat mendukung upaya kemanusiaan dan juga operasi militer.

Namun, sejumlah kapal induk pesawat AS yang membawa pesawat tempur daripada helikopter digunakan untuk menegakkan zona larangan terbang di Irak bagian selatan pada 1990-an.

Menanggapi pertanyaan tentang apa yang pemeritah Obama sedang lakukan untuk memerangi Al Qaeda dan afiliasi-afiliasinya di Afrika, Clinton mengatakan "satu dari keprihatinan terbesar kami yakni Libya terpuruk ke dalam kekacauan dan menjadi Somalia raksasa.

"Sekarang ini bukanlah sesuatu yang kami perkirakan di masa mendatang, namun banyak aktivis Al Qaeda di Afghanistan dan kemudian di Irak datang dari Libya dan datang dari Libya bagian timur yang kini dijuluki daerah bebas Libya," katanya.

Clinton kemudian mengatakan kepada Komite Apropriasi Senat, Amerika Serikat "secara aktif mendekati rakyat Libya ... Kami bekerja untuk memahami siapa yang sah, siapa yang tidak, namun ini prematur dalam pandangan kami untuk mengenali satu kelompok atau kelompok lainnya," kata Clinton.

"Kami harus fokus pada tahapan ini untuk membantu rakyat Libya," katanya.

"Penting untuk menerima bahwa terdapat ketidakpastian besar tentang motif, oportunisme, jika anda mau tentang orang yang mengaku menjadi pemimpin sekarang ini," tambahnya.

"Saya pikir kami harus fokus pada misi kemanusiaan dan kemudian mengumpulkan informasi sebisa kami," kata diplomat tertinggi AS itu. (ANT/K004)

Pewarta: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011