London (ANTARA News) - Sebagian besar pasar saham Eropa merosot pada Rabu waktu setempat, karena ketidakstabilan di Timur Tengah dan Afrika Utara melemahkan sentimen meskipun angka pekerjaan Amerika Serikat kuat, sementara dolar terus melemah.

Dalam transaksi valuta asing, euro naik menjadi 1,3873 dolar dari 1,3774 dolar di New York pada akhir Selasa. Selama hari itu mencapai setinggi 1,3891 dolar, tingkat tertinggi dalam hampir empat bulan, di tengah spekulasi kebijakan moneter ketat lebih cepat di zona euro.

Di London, indeks FTSE 100 dari saham-saham terkemuka ditutup turun 0,35 persen menjadi 5.914,89 poin, sementara di Paris indeks CAC 40 kehilangan 0,81 persen menjadi 4.034,32 poin dan di Frankfurt indeks DAX berakhir 0,58 persen lebih rendah di 7.181,12 poin.

"Pasar Eropa terus melemah dari sesi sebelumnya, terseret turun oleh kombinasi beracun dari harga minyak yang lebih tinggi, yang pada gilirannya mendorong tekanan inflasi yang lebih tinggi dan kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan di ekonomi global," kata analis pasar Michael Hewson dari CMC Markets.

Harga minyak New York naik kembali di atas 100 dolar per barel sementara emas mencapairekor tinggi baru di atas 1.440 dolar per troy ons karena para investor mencari investasi `safe haven`.

Sentimen safe haven juga mengirimkan franc Swiss ke rekor tertinggi baru 0,9202 franc terhadap dolar.

"Pasar ekuitas Eropa didorong lebih rendah oleh ketakutan penularan di Timur Tengah," kata Dolmen Stockbrokers yang berbasis di Dublin dalam catatannya.

"Kawasan ini telah lama menjadi produser minyak paling penting di dunia dan kerusuhan baru-baru ini telah menggarisbawahi kerentanan ekonomi global terhadap guncangan harga."

"Gangguan sebenarnya terhadap pasokan sejauh ini cukup kecil tapi pelaku pasar khawatir bahwa jenis kerusuhan yang dilihat di Tunisia, Mesir, Libya dan sekarang Bahrain bisa terbesar (ke)eksportir minyak dunia, Arab Saudi."

Menambahkan menjadi beragam, Standard & Poor`s memperingatkan bahwa pihaknya akan mempertahankan peringkat kreditnya di zona euro yang dililit utang, Yunani dan Portugal pada pantauan negatif, yang berarti bahwa mereka berisiko diturunkan.

"Pasar tetap gelisah karena campuran dari ketakutan Timur Tengah, kekhawatiran tentang tekanan inflasi dan peringatan peringkat untuk Portugal dan Yunani mulai menekan pada sentimen pasar," kata direktur riset Forex.com, Kathleen Brooks.

"Harga minyak naik tepat pada waktu yang salah bagi negara maju, dimana pemulihan ekonomi rapuh berisiko dapat didorong keluar jalur oleh meningkatnya biaya hidup. Hal ini membebani pasar ekuitas."

Sebelum pembukaan perdagangan di Amerika Serikat, perusahaan gaji swasta ADP melaporkan peningkatan 15 persen dalam penciptaan lapangan kerja dari Januari menjadi 217.000 pekerjaan, jauh lebih baik dari perlambatan mempekerjakan yang diperkirakan para ekonom.

"Secara keseluruhan, laporan yang sangat kuat ini menunjukkan berlanjutnya perbaikan di pasar tenaga kerja," kata Nicholas Tenev dari Barclays Capital Research.

Namun angka pekerjaan AS gagal untuk menarik pasar Eropa kembali ke wilayah positif.

Lisbon berakhir turun 0,18 persen, saham Swiss merosot 0,41 persen, Amsterdam tergelincir 0,84 persen, Brussels meluncur 0,86 persen dan Madrid turun 1,10 persen.

Milan melawan tren naik 0,05 persen.

Wall Street dibuka di wilayah positif, tetapi pada 1700 GMT Dow Jones Industrial Average telah mundur dan turun 0,05 persen pada 12.057,34 poin.

Indeks S & P 500 juga turun 0,05 persen menjadi 1.305,47, sementara teknologi berat Nasdaq bertambah 0,48 persen menjadi 2.763,05.

Bursa Asia jatuh pada Rabu, dengan Tokyo merosot 2,43 persen, menderita kerugian terbesar sejak akhir Agustus, sementara Hong Kong berakhir turun 1,49 persen.

Emas berakhir pada 1.435,50 dolar pada sore hari, naik dari 1.420,75 dolar pada Selasa, setelah bergerak ke rekor tertinggi baru 1.440,10 dolar hari ini. (A026/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011