Semarang (ANTARA News) - Bisnis warung internet yang pernah mengalami masa kejayaan di Kota Semarang , Jawa Tengah, beberapa tahun lalu, saat ini semakin terpuruk akibat maraknya penjualan komputer jinjing termasuk modem internet serta meluasnya area "hotspot" di tempat publik.
"Maraknya penjualan komputer jinjing dan modem serta "hotspots" tersebut mempengaruhi jumlah pelanggan warnet sehingga pendapatan kami menurun secara signifikan," kata Renti (24), pengelola warnet di Jalan Karangrejo Semarang, di Semarang, Kamis.
Ia mengaku sebelum maraknya komputer jinjing, modem internet, dan area "hotspots", pihaknya dapat meraih keuntungan hingga Rp7 juta per bulan, namun sekarang hanya sekitar Rp4 juta.
"Masyarakat lebih memilih berselancar di dunia maya dengan menggunakan komputer jinjing dan modem internet atau memanfaatkan "hotspots" daripada berkunjung ke warnet karena lebih praktis," ujarnya.
Ia mengatakan, bisnis warnet yang dikelolanya bersama rekannya masih dapat bertahan sampai sekarang karena adanya "game online" yang banyak digemari masyarakat terutama anak-anak.
Menurut dia, pelanggan "game online" tersebut merupakan pelajar sekolah, mulai dari siswa sekolah dasar (SD) hingga mahasiswa.
Seorang pemilik warnet di Jalan Pleburan Semarang, Budi (42), mengatakan tarif koneksi internet yang semakin murah juga mengancam bisnis warnet miliknya yang telah ditekuni sejak lima tahun yang lalu.
"Selain itu, setelah harga komputer jinjing semakin murah dan banyaknya tempat publik yang menyediakan fasilitas "hotspots", jumlah pelanggan mulai mengalami penurunan," katanya.
Ia mengatakan, jumlah pengunjung warnet saat ini rata-rata hanya 10-20 orang tiap harinya, sedangkan sebelum meluasnya area "hotspots", pelanggannya dapat mencapai 80 orang sehari.
Menurut dia, saat ini masyarakat lebih memilih menggunakan komputer jinjing yang dilengkapi modem internet karena lebih murah dan dapat digunakan sewaktu-waktu serta bisa dilakukan dimana saja tanpa harus berkunjung ke warnet.
Pemilik Warnet Spyder-net di daerah Citarum Semarang, Junaidi (46), mengatakan agar usaha warnetnya masih bisa terus bertahan, pihaknya terpaksa menurunkan tarif menjadi Rp2.000 per jam dari sebelumnya Rp7.500/jam.
"Kami juga berusaha memberikan beberapa fasilitas tambahan seperti mempercepat koneksi internet dan menambah jam operasional warnet menjadi 24 jam atau nonstop," ujarnya.
Ia mengharapkan sejumlah pihak terkait dalam bisnis internet yang menggunakan fasilitas "hotspots" juga memikirkan kelangsungan usaha warnet yang semakin terpuruk ini. (ANT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011