Pernyataan itu disampaikan setelah Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO menyatakan, Selasa malam, mereka sedang menyelidiki klaim kematian sipil setelah pasukannya membalas serangan terhadap sebuah pangkalan militan di distrik Darah-Ye Pech di provinsi Kunar.
Itu merupakan klaim yang terakhir mengenai kematian sipil di Kunar.
Sebelumnya pekan ini, delegasi penyelidik yang ditunjuk pemerintah Afghanistan menuduh pasukan NATO membunuh 65 warga sipil, banyak diantaranya anak-anak, selama operasi belum lama ini di sebuah pangkalan militan di wilayah terpencil timurlaut.
Korban tewas selama operasi beberapa hari di provinsi Kunar itu mencakup 21 anak laki-laki, 19 anak perempuan, 10 wanita dan 15 pria dewasa, kata kantor Presiden Hamid Karzai dalam sebuah pernyataan.
Namun, ISAF bersikeras bahwa hanya ada sejumlah warga sipil yang terluka dalam operasi itu.
"Kemarin pada pagi hari (Selasa), pangkalan koalisi diserang roket dari daerah pegunungan yang berdekatan," kata Khalilullah Ziayee, kepala kepolisian di provinsi bergolak itu, kepada AFP.
"Pada sore hari, pasukan itu mengidentifikasi lokasi tempat penembakan roket dan membalas dengan serangan udara. Mereka menyerang anak-anak yang sedang mendaki gunung untuk mencari kayu bakar. Sembilan anak tewas," katanya.
Seorang juru bicara ISAF menyatakan tidak memiliki keterangan tambahan selain pernyataan yang dikeluarkan Selasa bahwa pasukan itu akan menyelidiki klaim mengenai kematian warga sipil.
Karzai mengatakan, masalah kematian sipil telah mengikis dukungan rakyat bagi pemerintahnya yang didukung Barat.
Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.
Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.
Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.
Pemimpin Taliban Mullah Omar telah menyatakan, pihaknya akan meningkatkan serangan taktis terhadap pasukan koalisi untuk memerangkap musuh dalam perang yang melelahkan dan mengusir mereka seperti pasukan eks-Uni Sovyet.
Saat ini terdapat lebih dari 150.000 prajurit yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi gerilyawan Taliban.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mencakup puluhan ribu prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.
Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011