Jakarta (ANTARA) - Psikolog Seto Mulyadi mengingatkan semua pihak untuk memastikan kesiapan anak menjalankan adaptasi kebiasaan baru dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.
"Selain persiapan protokol kesehatan di sekolah, anak juga harus dipersiapkan jangan sampai tidak menjalankan protokol kesehatan," ujar Seto Mulyadi dalam diskusi "Adaptasi Anak Demi Sukses Pendidikan Tatap Muka" yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan, kesiapan anak melaksanakan PTM terbatas dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dapat dilakukan sekolah melalui pemberian simulasi secara daring.
Dengan begitu, ketika peserta didik datang ke sekolah untuk melaksanakan PTM terbatas tidak banyak melakukan kesalahan.
Baca juga: Kemendikbudristek: 72 persen satuan pendidikan laksanakan PTM terbatas
Baca juga: Universitas Muhammadiyah Purwokerto segera laksanakan PTM
"Mungkin ada simulasi atau pelatihan penerapan protokol kesehatan sehingga saat terjun kelapangan tidak melakukan kesalahan lagi," tutur Kak Seto, demikian ia biasa disapa.
Fasilitas daring juga dapat dimanfaatkan untuk peserta didik menjalin komunikasi dan bersosialisasi dengan teman-teman sekolahnya.
"Selama ini kita sudah memanfaatkan media daring, namun jangan hanya terbatas pada akademik belaka, tapi juga pada hal-hal yang non akademik. Misalnya, antar siswa saling menunjukkan prestasinya masing-masing di luar akademik sehingga anak tertarik untuk berkomunikasi dengan sesama teman saat di sekolah," ujarnya.
Menurut dia, kegiatan tersebut juga dapat memulihkan mental anak dan membuat anak lebih semangat saat kembali ke sekolah untuk menjalankan PTM terbatas.
Dalam kesempatan itu, Kak Seto juga mengatakan, selain memulihkan mental anak, para orang tua diminta untuk terlebih dahulu sehat secara mental.
"Yang paling penting orang tua juga harus menyadari harus tetap menjaga kesehatan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental," katanya.
Ia menilai, seringkali orang tua lupa menjaga kesehatan mental. Dengan mental orang tua yang baik maka tidak mudah panik dan lelah yang bisa menimbulkan emosi negatif.
"Kemudian juga menjalankan ibadah, berdoa, bersyukur dan sebagainya. Itu membuat orang tua sehat mental," kata Kak Seto.
Di samping itu, ia juga meminta kepada para orang tua untuk menghentikan segala tindakan kekerasan pada anak.
"Karena banyak laporan pada pandemi ini atas nama kurikulum dan sebagainya anak terlalu ditekan, justru kadang-kadang oleh orang tuanya," tuturnya.
Ia menyarankan agar para orang tua untuk mengembangkan kebiasaan diskusi dalam keluarga dan saling menguatkan.
"Jadikan keluarga sebagai tim pendukung yang tangguh yang memberikan apresiasi dan penguatan. Dengan demikian, daya resiliensi, daya adaptasi terhadap situasi pandemi yang masih berkepanjangan ini juga akan semakin diperkuat," ujar Kak Seto.*
Baca juga: PGRI minta agar sekolah lakukan evaluasi berkala terkait PTM
Baca juga: Bupati Sleman: Temuan siswa positif COVID-19 saat PTM telah ditangani
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021