Jakarta (ANTARA News) - Sedikitnya tiga pejabat pemerintahan Tunisia mengundurkan diri pada Senin dan Selasa kemarin, kantor berita resmi negara itu melaporkan, menyusul mundurnya Perdana Menteri Mohamed Ghannouchi, Minggu (27/2).
Protes di negara Afrika Utara itu berbuntut mundurnya presiden yang telah berkuasa lama pada Januari, mendorong gelombang kerusuhan di seluruh wilayah Arab.
Namun, penerbangan Presiden Zine El Abidine Ben Ali dari Tunisia tidak mengakhiri protes di sana, dan Perdana Menteri Mohamed Ghannouchi memutuskan mundur hari Minggu.
Menteri Pendidikan Tinggi dan Penelitian Ilmiah Ahmad Ibrahim, dan sekretaris pendidikan tinggi Faouzia Farida Charfi, keduanya mundur Selasa, Tunis Afrique Presse melaporkan.
Mohamed Nouri Jouini, menteri perencanaan dan kerja sama internasional mengundurkan diri Senin, kata laporan itu.
Pasar saham Tunisia akan kembali dibuka Kamis, setelah ditutup sejak Senin lalu.
Presiden sementara Tunisia menunjuk Al-Baji Qa'ed Al-Sebsi sebagai perdana menteri baru pada Minggu setelah Ghannouchi mundur.
Ghannouchi mengatakan kepada wartawan pada Minggu bahwa ia "mengundurkan diri hari ini karena tidak mau menjadi orang yang mengambil keputusan yang bisa menimbulkan korban." Tiga orang tewas dalam aksi protes di ibukota, Tunis, Sabtu.
Dia juga mengatakan,"Mengapa banyak orang dianggap sebagai target utama mereka untuk terus menyerang pemerintah, meskipun banyak anggotanya setuju untuk bergabung dalam saat kritis ini."
Selain tiga tewas, sembilan lainnya terluka selama kekacauan di Tunis, menurut pernyataan kementerian dalam negeri yang dikutip Tunis Afrique Presse.
Lebih dari 100 orang telah ditahan di sekitar area Habib Bourguiba Avenue, di pusat kota itu, dan dituduh sebagai "tindakan kekerasan dan pembakaran," kata kementerian itu.
Pengunjukrasa yang berkumpul meminta pemerintahan sementara mundur dan parlemen dibubarkan.
Demontrans juga meminta pembekuan konstitusi saat ini dan pemilihan majelis untuk bisa membuat yang baru, serta mengatur transisi menuju demokrasi.
Protes di Tunisia meletus akhir tahun lalu. Muak dengan korupsi, pengangguran, dan meningkatkan harga makanan, mulai ditunjukkan secara massal.
Pada 13 Januari Ben Ali-yang telah memerintah Tunisia sejak 1987--telah menyerahkan kekuasaan eksekutif kepada perdana menteri dan melarikan diri dari negaranya.
(S026/B010)
Penerjemah: Suryanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011