Washington (ANTARA News) - Para pejabat tinggi pertahanan Amerika Serikat Selasa mengatakan bahwa negara-negara NATO belum menyetujui intervensi militer di Libya, dan menambahkan bahwa penentuan zona larangan terbang akan dilakukan jika terjadi kesulitan yang "luar biasa".

"Tidak ada kebulatan suara di dalam NATO untuk penggunaan kekuatan bersenjata," kata Menteri Pertahanan Robert Gates dalam konferensi pers bersama dengan pejabat tinggi militer AS, Laksamana Mike Mullen, dikutip AFP.

"Dan jenis-jenis pilihan yang telah dibicarakan di pers serta di tempat lain juga memiliki konsekuensi sendiri dan efek urutan kedua dan ketiga, sehingga mereka perlu dipertimbangkan dengan sangat hati-hati."

Mullen, ketua Gabungan Kepala Staf AS, mengatakan semua opsi akan diperiksa. Tapi ia juga menyatakan hati-hati tentang potensi zona larangan terbang di Libya.

"Ini adalah operasi yang sangat kompleks untuk diatur," kata Mullen.

Laksamana bintang empat itu menyetujui dengan ketetapan sebelumnya yang disuarakan oleh kepala Komando Sentral AS, Jenderal James Mattis, yang mengatakan bahwa penegakan zona larangan terbang akan memerlukan radar pemboman pertama dan pertahanan rudal di Libya.

Gates menegaskan ia telah menyetujui pengerahan beberapa kapal, termasuk USS Kearsarge kapal tempur amfibi, untuk berlayar menuju Libya, dengan Kearsarge karena melewati Terusan Suez dari Laut Merah dengan "segera."

Namun dia mengatakan adanya intervensi di luar bantuan kemanusiaan harus mempertimbangkan efek mengenai upaya perang pimpinan Amerika di Afghanistan, dan kemungkinan bermusuhan persepsi di wilayah aksi militer AS.

"Kami juga harus memikirkan terus terang penggunaan militer AS di lain negara di Timur Tengah," kata Gates, seorang analis dan mantan direktur Central Intelligence Agency (CIA).

(SYS/H-AK/A023/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011