Jakarta (ANTARA) - Badan Pangan Dunia (FAO) menyebut food waste atau terbuangnya pangan dari proses produksi hingga konsumsi serta dampak dari perubahan iklim menjadi tantangan besar sektor pertanian dunia di masa depan seiring bertumbuhnya penduduk global.
"Dengan populasi yang terus bertambah, penduduk dunia diperkirakan mencapai 10 miliar pada tahun 2050. Kita perlu menyediakan makanan bagi penduduk dunia dan memelihara planet ini. Ini bukan hanya tentang menanggapl keadaan darurat, ini tentang membangun ketahanan jangka panjang dan mengubah cara kita memproduksi dan mengonsumsi makanan," kata Kepala Perwakilan FAO untuk Wilayah Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Dia menerangkan sistem pertanian pangan berkontribusi terhadap perubahan iklim dan benar-benar merasakan akibat dari pemanasan global. Di beberapa bagian dunia, perubahan iklim menyebabkan hasil panen dan produktivitas ternak yang lebih rendah, penurunan dalam perikanan, kehutanan, dan perubahan komposisi kandungan gizi pada bahan makanan pokok, dengan adanya penurunan protein, mineral dan vitamin.
Sementara di saat jutaan orang kelaparan, sejumlah besar makanan terbuang setiap hari. Baik rusak selama proses produksi dan dalam pengangkutan, atau dibuang ke tempat sampah rumah tangga atau restoran dikarenakan perilaku masyarakat yang kerap menyisakan makanan yang disajikan.
Baca juga: Penelitian ungkap penyebab "Food waste" di Indonesia tinggi
Menurut FAO, membuang-buang makanan juga membuang-buang sumber daya berharga yang digunakan untuk memproduksinya.
Hasil kajian dari tim yang dibentuk Bappenas menyebutkan food loss dan food waste Indonesia mencapai 184 kg per orang per tahun atau secara total 48 juta ton dalam setahun. Jumlah makanan yang terbuang tersebut setara dengan memberikan makanan sebanyak 125 juta orang untuk mengentaskan kemiskinan dan penanganan stunting di Indonesia.
Rajendra mengatakan perlu upaya kolektif secara bersama-sama untuk mengatasi masalah tersebut. FAO, kata dia, bekerja keras bersama-sama pemerintah Indonesia untuk melakukan transformasi sistem pangan di Indonesia.
"Setiap orang harus memahami bahwa perlakuan mereka terhadap makanan memengaruhi sistem pangan. Transformasi global hanya bisa terjadi jika dimulai dari individu. Cara kita memilih, memproduksi, mengonsumsi, dan membuang makanan kita mempengaruhi orang lain. Kita perlu bertindak, dan itu harus terjadi sekarang," kata Rajendra.
Baca juga: Bappenas prediksi sampah makanan capai 112 juta ton/tahun pada 2024
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021