Nanti melalui Tim Ahli Cagar Budaya diteliti
Batam (ANTARA) - Pemerintah Kota Batam mencatatkan puluhan cagar budaya yang tersebar di penjuru kota kepulauan itu sebagai tahapan sebelum didaftarkan ke Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman.
"Ada puluhan yang sudah dicatatkan. Dan ini tersebar di pulau-pulau penyangga juga," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam Ardiwinata di Batam, Senin.
Cagar budaya yang dicatatkan antara lain mercusuar di Pulau Karas Kecil, benda menyerupai tapak meriam di Pulau Boyan, juga jam dinding kuno warisan milik keluarga warga tempatan.
Menurut Ardi, temuan barang-barang itu menandakan sejarah Belanda di pulau-pulau di Selat Malaka.
"Ini kami catatkan, nanti melalui Tim Ahli Cagar Budaya diteliti. Kalau mereka meyakini, baru kami laporkan ke Balai Cagar Budaya Batusangkar, untuk dikurasi," kata Ardi.
Ia mengatakan pihaknya terus berupaya menggali sejarah Batam, sebelum datangnya Otorita Batam.
Saat ini pihaknya tengah menyiapkan pranata, termasuk Tim Ahli Cagar Budaya dan beberapa tim yang diperlukan lainnya untuk mengkurasi peninggalan sejarah yang bertebaran di pulau-pulau. Ia juga mengajukan formasi PNS untuk atropolog, arkeolog dan museolog untuk mendukung upaya tersebut.
Baca juga: Batam catatkan Mandi Safar sebagai warisan budaya tak benda
Baca juga: Batam catatkan 14 warisan budaya tak benda
Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar Kota Batam M Zen menyampaikan cagar budaya yang ada dalam catatan pemerintah setempat, di antaranya berada di Pulau Buluh Kecamatan Bulang.
Di Pulau Buluh sendiri terdapat tiga cagar budaya, yaitu sumur atau perigi tua, masjid dan makam tua.
Sumur tua di Pulau Buluh sedalam tujuh meter dan berdiameter 1,6 meter diyakini sebagai satu yang tertua. Susunan batu batanya masih bertuliskan Batam Brick works, produksi pabrik batu bata pertama di Batam yang didirikan oleh Raja Ali Kelana bersama seorang pengusaha kaya dari Singapura bernama Ong Sam Leong, pada sekitar tahun 1898 silam.
Masjid Tua Jami’ Nurul Iman didirikan pada 1872. Sayangnya, konstruksi asli rumah ibadah itu sudah tidak kelihatan.
Kemudian, Makam Keramat Puding berlokasi di halaman Masjid Jami' Nurul Iman. Pada makam itu, tidak terdapat tulisan apapun untuk mengetahui siapa penghuni makam.
"Namun menurut cerita warga sekitar, makam tersebut adalah makam putri salah satu Kerajaan Bintan yang jatuh sakit saat melewati Pulau Buluh. Nama puding sendiri diambil dari pohon yang tumbuh besar di situs pemakaman tersebut sewaktu dikebumikan. Belum diketahui secara pasti siapa nama pemilik makam tersebut, hanya berdasarkan cerita masyarakat," kata dia.
Baca juga: Batam lestarikan budaya hantaran Melayu
Baca juga: Pemandu wisata Batam dibekali pengetahuan Budaya Melayu
Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021