Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik dari Charta Politika Yunarto Wijaya memprediksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat lebih memilih mengeluarkan Partai Keadilan Sejahtera dari koalisi daripada mengeluarkan Partai Golkar.
"Berdasarkan kalkulasi secara kualitatif dan kuantitatif lebih dimungkinkan mengeluarkan PKS daripada Partai Golkar dari koalisi," kata Yunarto Wijaya, di Jakarta, Senin.
Menurut da, berdasarkan kalkulasi kuantitatif koalisi partai-partai politik pendukung pemerintah saat ini memiliki 423 kursi atau 75 persen suara di parlemen.
Jika Presiden mengeluarkan PKS dari koalisi, kata dia, maka koalisi partai-partai politik pendukung pemerintah akan kehilangan 57 kursi atau 10 persen suara.
"Maka koalisi partai-parrtai politik pendukung pemerintah masih memiliki suara cukup dominan di parlemen," katanya.
Apalagi, menurut dia, jika kemudian koalisi merekrut Partai Gerindra yang memikliki 26 kursi (sekitar lima persen) untuk bergabung, maka suara koalisi di parlemen menjadi sekitar 70 persen.
Menurut dia, dengan jumlah suara tersebut maka keberadaan koalisi di parlemen masih dominan untuk mendukung agar pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berjalan lancar dan efektif.
Sebaliknya, kata Yunarto, jika Presiden Yudhoyono mengeluarkan Partai Golkar yang memiliki 108 kursi atau 19 persen suara di parlemen, maka jumlah suara koalisi menjadi 56 persen.
"Dengan jumlah suara tersebut dengan pendekatan psikologi politik koalisi jadi kurang percaya diri, karena jumlah suaranya hanya sedikit di atas 50 persen. Ini sangat rawan untuk koalisi," katanya.
Di sisi lain, antara Partai Demokrat dan Partai Golkar meskipun terjadi perang dingin, Yunarto memprediksi tapi di antara keduanya tidak ingin keluar atau dikeluarkan dari koalisi.
Karena jika Partai Golkar sampai keluar atau dikeluarkan dari koalisi, kata dia, maka salah satu dari Partai Demokrat atau Partai Golkar akan hancur pada pemilu 2014.
"Saya kira Partai Demokrat juga sudah memperhitungkan hal ini," katanya.
Menurut dia, prediksi dengan kalkuasi tersebut untuk meredam gejolak yang terjadi di dalam koalisi partai-partai politik pendukung pemerintah.(*)
(ANT/R024)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011