Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Dr M Hidayat Nur Wahid MA meminta para santri dan pemuda di Tanah Air agar melanjutkan peran dan memahami kiprah pendiri bangsa serta berkontribusi bagi kekayaan NKRI.
"Ada hikmah yang perlu diambil oleh para santri, pemuda dan pemuda islam dengan hadirnya tiga hari penting secara berdekatan yakni Maulid Nabi, Hari Santri dan Sumpah Pemuda," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Para santri, pemuda dan pemuda Islam di Tanah Air, kata politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut harus meneruskan kiprah pemuda, santri, ulama dan habaib pendiri bangsa dan negara.
"Maulid Nabi jatuh pada 19 Oktober, Hari Santri diperingati 22 Oktober dan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober. Ada korelasi yang perlu diambil dari peringatan-peringatan tersebut," ujar dia.
Baca juga: Mahfud MD sebut mobilitas kaum santri berjalan cepat
Baca juga: Ketua DPD nilai pesantren punya peran konkret bagi negara
Baca juga: Menag minta santri jangan terjebak pada identitas "sarungan" semata
Hikmah yang perlu diambil yakni agar pemuda, santri, ulama, habaib, dan umat Islam meneruskan perjuangan orang-orang terdahulu sebelum Indonesia merdeka. Keteladanan mereka sebagai pahlawan bangsa tetap relevan, bahkan untuk santri dan pemuda di era disrupsi dan pascapandemi sekalipun, ujarnya.
Para ulama dan santri Indonesia yang ikut mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) telah menunjukkan keteladanan Rasulullah SAW dalam berjuang melawan kezaliman (para penjajah).
Para ulama, habaib dan santri dari berbagai organisasi masyarakat Islam dan partai Islam seperti Syarikat Islam dan Masyumi aktif dan produktif menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) dan Panitia Sembilan hingga Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), katanya.
"Mereka bahu membahu berjuang bersama tokoh-tokoh bangsa dari berbagai latar organisasi, suku dan agama yang berbeda," ujarnya.
Pada akhirnya mereka bisa berkompromi dan menyepakati dasar negara Pancasila, UUD 1945 termasuk memperjuangkan dan menerima disahkannya Departemen Agama pada 3 Januari 1946.
"Beliau-beliau itu memberikan keteladanan dan sukses menghadirkan sejarah yang gemilang. Bukan menunjukkan egoisme pribadi maupun kelompok tetapi menunjukkan kenegarawanan," kata tokoh yang kerap disapa HNW itu.
Selain rapat-rapat pendirian NKRI, ulama, santri dan pemuda juga berjuang secara fisik memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Hal itu terlihat jelas dalam peristiwa heroik "resolusi jihad" yang dikumandangkan oleh KH Hasyim Asy'ari. Peristiwa 22 Oktober 1945 itu kemudian diperingati sebagai Hari Santri.
"Jadi, peringatan Hari Pahlawan 10 November itu sesungguhnya ada korelasinya dengan peristiwa sebelumnya yakni resolusi jihad 22 Oktober," kata dia.
Begitu pula dengan peristiwa sejarah sebelumnya yaitu Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Selain organisasi pemuda bercorak kedaerahan dan kesukuan, ada pula pemuda yang menunjukkan paham keagamaan yakni Jong Islamieten Bond (Perhimpunan Pemuda Islam).
Para aktivis muda Islam bahu membahu dengan pemuda berlatar belakang beragam. Mereka aktif ikut menyelenggarakan dan menyepakati materi sumpah pemuda yang menjadi tonggak penting berdirinya Indonesia.
Peristiwa-peristiwa penting tersebut hanya sebagian dari banyak kejadian bagaimana santri, pemuda, ulama, habaib dan umat islam berkontribusi positif untuk Indonesia. Oleh karena itu, kontribusi tersebut perlu diteruskan oleh para santri dan pemuda Islam.
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2021