Pawai yang dimulai dari halaman Balai Kota Semarang di Jalan Pemuda, kemudian melewati Tugumuda, Jalan Pandanaran, dan berakhir di Lapangan Simpanglima tersebut sempat diguyur hujan.
Di sepanjang jalan yang menjadi rute pawai ogoh-ogoh, masyarakat berjejer menyaksikannya.
Bahkan sebagian dari mereka nekat naik ke kap mesin mobil untuk dapat melihat pawai secara lebih jelas.
Masyarakat juga dihibur oleh karnaval seni budaya yang antara lain menampilkan grup kesenian barongsai, jatilan, pembawa gunungan, warak ngendok, dan rombongan prajurit Majapahit.
Anggota Ikatan Paranormal Indonesia turut pawai itu dengan menggunakan pakaian prajurit keraton, sedangkan rombongan lainnya mengenakan pakaian adat Dayak.
Seksi Hubungan Masyarakat Panitia Nyepi Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Semarang, Nyoman Romangsi, mengatakan, sebenarya begitu peserta pawai tiba di Lapangan Simpanglima dilakukan atraksi bersama seluruh peserta pawai.
Namun, katanya, acara itu batal karena hujan.
"Karena hujan maka acaranya berubah. Para peserta melakukan atraksi satu persatu. Akan tetapi secara keseluruhan tidak ada masalah. Masyarakat Semarang tetap antusias," katanya.
Ia berharap, pawai ogoh-ogoh dan karnaval budaya yang baru dilakukan kedua kalinya itu menjadi acara tahunan seperti yang akan menjadi komitmen Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang.
Saat pembukaan pawai, Wali Kota Semarang, Soemarmo, menyatakan mendukung pawai ogoh-ogoh.
Ia mengharapkan, agenda itu bisa menjadi ikon Kota Semarang dan menjadi acara tahunan yang dapat menjadi magnet wisata Ibu Kota Jawa Tengah itu.
Puncak Hari Raya Nyepi jatuh pada Sabtu, 5 Maret 2011, seluruh umat Hindu melakukan kontemplasi dan yoga-samadhi di rumah masing-masing mulai Sabtu pukul 06.00 WIB hingga Minggu (6/3) pukul 06.00 WIB.
Puncak kegiatan adalah acara Dharma Shanti yang akan dilaksanakan pada 13 Maret 2011 di Gedung Gradhika Bhakti Praja Jalan Pahlawan. (N008/M029/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011