Kabul (ANTARA News) - Pemerintah Afghanistan menyatakan, Minggu, hasil penyelidikan menunjukkan bahwa NATO membunuh 65 warga sipil, banyak diantaranya anak-anak, selama operasi belum lama ini di sebuah pangkalan militan di wilayah terpencil timurlaut.
Korban tewas selama operasi beberapa hari di provinsi Kunar mencakup 21 anak laki-laki, 19 anak perempuan, 10 wanita dan 15 pria dewasa, kata kantor Presiden Hamid Karzai dalam sebuah pernyataan, seperti dilaporkan AFP.
Karzai memerintahkan para kepala keamanannya untuk "membahas masalah itu" dengan pasukan internasional, kata kantornya tanpa penjelasan lebih lanjut.
Menanggapi hal itu, juru bicara Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO Letnan Kolonel John Dorrian mengatakan, pihaknya "sangat menyesal... atas jatuhnya korban sipil sebagai bagian dari operasi ini".
Namun, ia mempermasalahkan jumlah kematian itu dengan mengatakan, NATO hanya menemukan lima hingga tujuh warga sipil "yang mungkin cedera". Penyelidikan masih terus dilakukan, tambahnya.
Karzai menunjuk tim penyelidik pekan lalu setelah ia menuduh pasukan internasional membunuh warga sipil dalam operasi serangan terhadap gerilyawan.
Karzai mengatakan, masalah kematian sipil telah mengikis dukungan rakyat bagi pemerintahnya yang didukung Barat.
Kamis, NATO juga menyatakan menyelidiki tuduhan bahwa penembakan dari salah satu pesawatnya menewaskan lima warga sipil di provinsi Kapisa, sebelah timurlaut Kabul.
Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.
Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.
Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.
Pemimpin Taliban Mullah Omar telah menyatakan, pihaknya akan meningkatkan serangan taktis terhadap pasukan koalisi untuk memerangkap musuh dalam perang yang melelahkan dan mengusir mereka seperti pasukan eks-Uni Sovyet.
Saat ini terdapat lebih dari 150.000 prajurit yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi gerilyawan Taliban.
Para komandan NATO telah memperingatkan negara-negara Barat agar siap menghadapi jatuhnya korban karena mereka sedang melaksanakan strategi untuk mengakhiri perang lebih dari delapan tahun di negara itu.
Pasukan NATO dan Afghanistan saat ini terlibat dalam ofensif besar-besaran di sekitar Kandahar -- kota terbesar di wilayah selatan -- yang bertujuan menghalau gerilyawan dari daerah tersebut untuk membantu mengakhiri perang panjang Afghanistan.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mencakup puluhan ribu prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.
Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011