Kami berharap dengan datang ke sini bisa melihat langsung produksi potasium untuk kepastian bahan baku pupuk dan memperkuat ketahanan pangan nasional.

Minsk (ANTARA) - Indonesia dan Belarus menjajaki peluang peningkatan bisnis potasium sebagai bahan baku pupuk majemuk NPK maupun industri lainnya.

"Kami berharap dengan datang ke sini bisa melihat langsung produksi potasium untuk kepastian bahan baku pupuk dan memperkuat ketahanan pangan nasional," kata Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel pada kunjungan kerja ke Belarus, Minsk, Minggu.

Pada Sabtu, 23 Oktober 2021, delegasi Indonesia yang dipimpin langsung Wakil Ketua DPR RI bidang Koordinasi Industri dan Pembangunan (Korinbang) itu turun ke tambang potasium di kedalaman 575 meter di Soligorsk, milik Belaruskali.

Baca juga: Ke pabrik traktor Belarus, Rachmat Gobel ajak kerja sama investasi

Sejumlah delegasi antara lain Ketua Komisi VII Sugeng Suparwoto, anggota Komisi XI Heri Gunawan, anggota Komisi X Ratih Megasari, serta pejabat dari Kementerian Perdagangan dan Perindustrian, dan Dirit PT Pupuk Kalimantan Timur Rahmad Pribadi ikut menemani melihat pengeboran potasium.

"Potasium menjadi komoditas utama impor kita dari Indonesia, salah satu penggunanya adalah PT Pupuk Kalimantan Timur," kata Rachmat Gobel.

Dirut PT Pupuk Kalimantan Timur (Kaltim) Rahmad Pribadi menambahkan setiap tahun Indonesia mengimpor sekitar 3 juta ton potasium yang sebagian besar untuk pupuk.

"Pupuk Indonesia sendiri mengimpor sekitar 600 ribu ton potasium atau 20 persen dari kebutuhan nasional, dari Rusia dan Kanada, di samping Belarus," ujarnya.

Baca juga: Rachmat Gobel tawarkan Belarus impor karet dari Indonesia

Menurut dia, potensi pasar potasium di Indonesia sangat besar, mengingat pertanian di Indonesia terus tumbuh dengan tanaman pangan yang luas hingga 6 juta hektare.

"Bila Belarus serius, harganya harus kompetitif, melakukan B to B, dan membuka kantor permanen di Jakarta," katanya.

Diakuinya, Belaruskali sudah memiliki kantor di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun menurut dia, tetap perlu punya kantor di Jakarta.

"Apakah itu memindahkan yang di Kuala Lumpur atau menambahkannya di Asia. Karena kalau tidak punya kantor yang permanen di Jakarta, agak susah ya," kata Rahmad.

Ia juga menyebut berencana mendorong PT Mega Eltra sebagai bagian dari anak perusahaan holding PT Pupuk Indonesia, yang juga tempat PT Pupuk Kaltim bernaung, untuk menjadi trader potasium dari Belaruskali selama harganya lebih murah.

"Apalagi Pupuk Kaltim juga berencana meningkatkan kapasitas produksi pupuk NPK hingga 450 ribu ton per tahun yang pasti membutuhkan potasium lebih besar lagi," kata Rahmad.

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021