Bangkok (ANTARA) - Junta militer Myanmar pada Minggu berjanji akan bertindak kooperatif "sebisa mungkin" dalam melaksanakan rencana perdamaian yang disepakatinya dengan ASEAN.
Janji tersebut diutarakan Myanmar kendati negara itu mendapat teguran keras dari ASEAN, yang telah memutuskan menolak kehadiran pemimpin junta pada KTT ASEAN pekan ini.
Dalam pengumuman yang disampaikan media negara, Minggu, junta mengatakan pihaknya menjunjung prinsip hidup berdamping dengan negara-negara lain.
Junta juga menyatakan akan bekerja sama dengan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara itu dalam menindaklanjuti lima butir "konsensus" yang mereka sepakati pada April.
Baca juga: Pejabat PBB khawatir dengan kekerasan militer di Myanmar
Konsensus itu didukung oleh China dan negara-negara Barat.
Para menteri luar negeri ASEAN pada 15 Oktober menolak kehadiran Ming Aung Hlaing, pemimpin militer Myanmar yang melakukan kudeta pada 1 Februari, karena dianggap gagal melaksanakan rencana perdamaian yang telah disepakati.
Konsensus mencakup penghentian permusuhan, membuka dialog, memberi akses bagi bantuan kemanusiaan, serta memberi akses penuh di Myanmar bagi utusan khusus ASEAN.
Baca juga: Myanmar kecam keputusan ASEAN tak undang pemimpin junta ke KTT
Junta pada Jumat (22/10) malam memukul balik dengan menuduh ASEAN melanggar prinsip-prinsip soal konsensus dan soal sikap tidak mencampuri urusan dalam negeri para anggotanya.
Junta menolak menyetujui pengiriman perwakilan politik dari Myanmar selain Min Aung Hlaing.
Ketua ASEAN saat ini, Brunei, belum mengomentari penolakan tersebut.
Sumber: Reuters
Baca juga: Utusan PBB terkait Myanmar desak pimpinan junta mundur
Baca juga: Pengamat: Keputusan ASEAN momentum kontemplasi bagi Myanmar
Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021