Manama (ANTARA News) - Raja Bahrain, Hamad bin Issa al-Khalifa merombak kabinetnya pada Sabtu di bawah tekanan sementara pemimpin oposisi yang berada di pengasingan kembali dengan mendapat sambutan laksana pahlawan.
"Raja Hamad bin Issa al-Khalifa hari ini secara resmi mengambil sumpah para menteri baru termasuk lima anggota kabinet setingkat menteri," menurut satu pernyataan yang dikeluarkan pemerintah tanpa menjelaskan, demikian AFP melaporkan.
Langkah ersebut terjadi pada saat aksi unjuk rasa, yang menyeru pembaruan di negara itu, memasuki hari ke-13.
Sementara itu pemimpin oposisi Hassan Mahiama kembali dari pengasingannya di Inggris. Ia disambut ribuan pengunjuk rasa dan kembang api yang menerangi langit di atas Lapangan Mutiara, pusat demonstrasi antipemerintah, menyerukan persatuan dalam pidatonya.
"Hari ini kita yang beraliran Sunni, Syiah, sekuler, semua kelompok oposisi harus menyatukan barisan menentang rezim itu," katanya. "Kita harus melaksanakan perjuangan dan mencapai tujuan kita, dan memulihkan martabat kita."
"Tak ada dialog karena kita biasa mendengar kebohongan dari rezim itu, dan mengingkari janjinya berkali-kali, jadi bagaimana kita mempercayainya lagi?"
Mashaima mengingatkan "satu pesan kepada kelompok-kelompok politik: hati-hati jangan sampai melakukan kesalahan seperti sebelumnya."
"Ini lah peluang di hadapan rakyat Bahrain yang harus dibebaskan dan mengubah sejarah. Kita tidak akan hidup bagaikan budak-budak -- kita tuan dan kita rakyat yang bebas!"
Pemimpin Syiah itu termasuk di antara 25 orang yang pada Oktober dituduh membentuk organisasi ilegal, terlibat dan mendanai terorisme dan menyebarkan dan menyesatkan informasi.
Mashaima berada di Inggris untuk perawatan medis ketika tuduhan itu dikeluarkan tahun lalu.
Ia tetap tinggal di sana hingga kelompok itu diberi maaf oleh kerajaan pekan ini, sempat ditahan di Lebanon beradasarkan surat perintah penahanan yang dikeluarkan Interpol. Mereka melepaskannya pada Jumat setelah ada konfirmasi tentang pemberian maaf.
Pemberian maaf oleh Raja Hamad muncul di tengah-tengah unjuk rasa masyarakat Syiah yang berlangsung setiap hari yang mengeluhkan diskriminasi dan menuntut kekuasaan dialihkan dari dinasti al-Khalifa yang beraliran Sunni ke satu pemerintahan terpilih.
Mayoritas penduduk Bahrain beraliran Syiah.
Lapangan Mutiara berubah menjadi tempat berkemah para pengunjuk rasa.
Ribuan pemerotes berkumnpul di sana pada Sabtu dan kemudian berpawai di satu jalan bebas hambatan dengan meneriakkan, "Enyahlah Hamad, Enyahlah Hamad." Aksi itu membuat macet lalu lintas.
Mereka bergerak ke kawasan tempat kementerian luar negeri berada, berhenti di luar gedung itu dengan meneriakkan "Turun, turun Hamad!"
Kemudian para pengunjuk rasa, yang mengibarkan bendera berjalan melintasi gedung-gedung tinggi yang didalamnya terdapat bank-bank, dan meneriakkan "Rakyat ingin menumbangkan rezim ini!"
Para demonstran akhirnya kembali ke Lapangan Mutiara.
Sebanyak tujuh orang tewas oleh pasukan keamanan sejak aksi protes menentang dinasti al-Khalifa yang memerintah selama 200 tahun.
Para anggota parlemnen mengatakan Sabtu mereka masih menunggu rincian mengenai dialog yang diuusulkan dengan pemerintah sebelum menyepakati pembicaraan.
"Sampai sekarang pemerintah tidak memberi inisiatif (khusus) untuk reformasi politik," kata Mattar Mattar, satu di antara 18 anggota parlemen Syiah yang menggundurkan diri sebagai protes atas pembunuhan para demonstran pekan lalu.
"Target kami dinyatakan sangat jelas: Kami ingin pemerintahan terpilih, dan kami ingin rakyat membuat konstitusi mereka sendiri melalui dewan terpilih," ujar Mattar, dari kelompok Al-Wafaq yang beroposisi, kepada AFP.
Ali al-Aswad, yang juga anggota parlemen dari Al-Wafaq, menambahkan,"Salah satu prasyarat yang sangat penting...adalah pemerintah perlu mundur dulu."
Namun, perombakan kabinet pada Sabtu belum menjawab tuntutan itu dan banyak dari yang dipilih memegang pos kabinet lainnya.
Majid al-Alawi, bekas menteri tenaga kerja, dipilih memegang perumahan, sedangkan Abdul Hussein Mirza, yang sebelumnya menteri minyak dan gas, ditunjuk jadi menteri energi, kata pernyataan tersebut.
Nizar al-Baharna, bekas menteri negara urusan luar negeri, ditunjuk menjadi menteri kesehatan, dan Jamil Humaidan, yang sebelumnya orang kedua di kementerian tenaga kerja, dipilih menjadi menteri.
Kamal bin Ahmed Mohammed, yang sebelumnya pejabat di Dewan Pengembangan Ekonomi Bahrain, diangkat menjadi menteri urusan kabinet. (M016/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011