Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 257 warga negara Indonesia (WNI) yang direncanakan bertolak ke Tunisia pada Jumat masih tertahan di bandar udara Tripoli, kata Duta Besar Republik Indonesia untuk Tunisia, Ibnu Said.
Mereka masih tertahan di bandara itu karena menunggu izin terbang dari otoritas bandara Tripoli, kata Dubes Ibnu Said yang dikutip oleh Asisten Staf Khusus Presiden, Imelda Sari, pada Sabtu.
Menurut Ibnu, saat ini para WNI masih menanti di ruang tunggu dan telah memiliki surat izin penumpang dengan didampingi oleh Duta Besar RI untuk Libya, Sanusi.
Selain itu Imelda menjelaskan bahwa dari 870 WNI di Libya, 257 di antaranya yang diungsikan dari Tripoli dengan pesawat sewaan maskapai Tunish Air telah tiba pada Jumat malam di ibu kota Tunisia, Tunis.
Hingga saat ini terdapat dua kelompok terbang lain yang sedang diupayakan untuk mengungsikan WNI dari Libya menuju Tunisia.
Dari 257 WNI yang telah tiba di Tunis, sebanyak 80 orang ditempatkan di rumah Duta Besar Indonesia di Tunisia dan sisanya ditampung di sejumlah rumah pegawai KBRI karena darurat.
Sejumlah satuan petugas pada Sabtu dini hari telah memberangkatkan empat pegawai Kementerian Luar Negeri yang dibekali dengan logistik, telepon satelit dan rompi anti peluru untuk membantu proses pengungsian dari Tripoli, kata Imelda.
Menurut laporan yang diterima dari KBRI di Tripoli, upaya pengungsian menemui sejumlah kesulitan akibat keadaan politik yang tidak menentu di Libya.
Kendala-kendala tersebut di antaranya harus menjemput para pengungsi dari rumah ke rumah, pembelian air minum yang semakin dibatasi serta penyaluran gas untuk memasak yang juga dibatasi, dan kelangkaan bahan makanan, kata Imelda.
Untuk memperlancar pengungsian, seorang pegawai KBRI Mesir, Atase Pertahahan akan dikirim ke Tunisia pada Sabtu malam berdasarkan pengalaman evakuasi WNI di Mesir sebelumnya, tambah Imelda.
Kerusuhan atas penuntutan reformasi di wilayah Afrika Utara yang diawali dari Tunisia dan disusul oleh Mesir telah merambah kepada Libya tempat warganya ingin menggulingkan pemimpin Libya, Muamar Gaddafi yang telah berkuasa selama 42 tahun.
Sejumlah tindakan kekerasan militer dalam membubarkan pengunjuk rasa telah dilakukan pemerintahan Gaddafi sehingga menurut beberapa media telah merenggut ribuan korban jiwa.(*)
(T.KR-BPY/M016))
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011