Menulis atau menggambar terbukti memperlambat laju pikun. Menggambar akan memicu keajaiban-keajaiban di otak kita
Jakarta (ANTARA News) -  Kalau orang  disuruh pilih; pensil atau HP canggih model terbaru, besar kemungkinan  yang disebut terakhir yang akan diambil meskipun harganya sama.  Benda pertama identik dengan murah,  bisa dibeli di semua tempat  dan "untuk anak kecil".

Pensil  tak pernah berubah, batang kayu mungil berisi grafit itu biasanya ditemani penghapus dan serutan.  Memang sederhana, tapi dengan potlotlah  semua orang pertama kali mengenal tulis menulis, menggambar dan mewarnai.  Di negara maju maupun negara termiskin, si batang kayu itu jadi alat tulis paling murah dan mudah didapat.

Kalau ada pensil harganya "selangit", berlebihankah itu?  mungkin "ya", tapi mungkin "tidak".  Bagi sang pembuat  pensil, arti "mewah"  bukanlah pamer atau berlebihan.

"Saya  tak tertarik dengan dua hal itu. Kemewahan itu artinya sesuatu yang khusus, benda yang punya nilai beda, dengan fungsi  superior, hasil karya yang dibuat dengan keahlian," kata Count Anton Wolfgang von Faber-Castell, pemimpin perusahaan Faber-Castell.  

Dia mencontohkan  "Perfect Pencil"  yang harga termurahnya konon ratusan dolar AS. Bangsawan-industrialis itu lalu menunjukkan benda  yang dia maksud; sebatang pensil kayu dengan penutup yang berfungsi sebagai serutan, di ujung lainnya ada penghapus dengan tutup.  

Count Anton menggunakan pensil "selangit" itu sehari-hari dan selalu ada di saku  bajunya.

"Perfect Pencil"  adalah salah satu  koleksi "Graf von Faber-Castell", rangkaian produk premium yang akan semakin banyak dikembangkan oleh perusahaannya.

Alat tulis premium itu sasarannya bukan kalangan muda. "Orang muda punya prioritas lain dalam hidupnya. Tapi, seiring perjalanan usia anda, prioritas orang juga berubah," katanya.

Menurut Count Anton, pada saat seseorang telah menjalani sebagian besar hidupnya,  mereka akan kembali memusatkan diri untuk berkarya dengan tangannya lewat menulis atau menggambar.  

"Menulis atau menggambar terbukti memperlambat laju pikun. Menggambar akan memicu keajaiban-keajaiban di otak kita,"  katanya.  Dia menempatkan produknya sebagai "teman sepanjang masa", karena itu  Faber-Castell membuat mulai dari pensil warna untuk  anak-anak hingga alat tulis berkualitas tinggi serta aksesori pribadi.

"Anak-anak yang mengerti kualitas kami, akan setia dengan merek kami saat mereka dewasa," kata Count Anton saat berkunjung ke Jakarta baru-baru ini.

Faber-Castell adalah  bagian dari sejarah yang masih terus ditulis mengenai pensil dan alat tulis. Perusahaan keluarga yang berpusat di Stein, Jerman tersebut pada tahun 2011 merayakan ulang tahun ke-250.  Count Anton adalah generasi ke-8 pemimpin perusahaan yang dirintis oleh moyangnya, Kaspar Faber.

Cicit Kaspar, Lothar von Faber, mendapat gelar Baron dari Raja Maximilian II dari Bavaria. Cucu perempuannya, Ottilie, menikah dengan anggota   keluarga Castell, salah satu keluarga aristokrat tertua di Jerman. Lothar menginginkan nama keluarga tetap digunakan baik untuk perusahaan maupun keturunan mereka. Sejak itu nama keluarga Faber-Castell digunakan.

Salah satu pengguna produk mereka adalah pelukis Vincent van Gogh.  Dalam suratnya pada Juni 1883 kepada Anthon van Rappard dia memuji pensil Faber  "..sangat lembut dan superior dibandingkan pensil tukang kayu serta hitam...".

Padang rumput
Perusahaan keluarga itu terus berkembang, hingga kini mereka memiliki 15 fasilitas produksi di seluruh dunia termasuk Indonesia. Majalah The Economist menyebut Count Anton "mendahului pakta" lingkungan.  Awal dasawarsa 1980, sebelum isu lingkungan menjadi hal penting di industri, Faber-Castell membuat hutan berkelanjutan untuk memasok bahan baku.  

Mereka mengubah padang rumput seluas 10 ribu hektar di provinsi Minas Gerias Brazil menjadi hutan pinus, ribuan kilometer jauhnya dari kawasan terlindung hutan Amazon.

Hutan berkelanjutan itu adalah untuk mengurangi ketergantungan terhadap pemasok sekaligus menjaga kualitas kayu.  Setiap pinus dipanen setelah berumur 12 tahun. Ada lebih dari satu juta Pinus Caribaea yang ditanam kembali setiap tahun di hutan tersebut sehingga tercipta siklus alamiah.

Tahun 1992, perusahaan itu menjadi yang pertama di Jerman yang menggunakan teknologi ramah lingkungan yaitu cat berbahan dasar air.  Tahun 2000, Count Anton menandatangani piagam sosial yang mengikuti pedoman dari ILO.

"Tanggung jawab terhadap manusia maupun lingkungan adalah jalan  yang benar dalam meraih keuntungan secara pantas, baik secara etis maupun finansial," katanya.

Dan hal itu bukan sekedar wacana. Tahun 2003 perusahaan itu bergabung dengan skema PBB tentang standar global bagi karyawan terutama bidang HAM, standar pabrik dan lingkungan. Atas sikapnya yang sadar lingkungan, Tahun 2008  WWF dan majalah bisnis "Capital" memilih Count Anton sebagai "eco-manager of the year" .

Di Indonesia, Faber-Castell berdiri sejak 1992 dan kini bernama PT Faber-Castell International Indonesia. Pabrik pensil di Bekasi yang didukung dua pabrik bahan baku serta satu pabrik  marker di Cibitung.

Produk bersegmen harga tinggi dirancang di Jerman dan dibuat di Brazil sedangkan Indonesia mendukung produksi dengan rendahnya biaya distribusi produk.

Salah satu produk segmen harga tinggi tersebut adalah seri "Pen of the Year". Produksi terbatas itu sejak tahun 2003 menggunakan bahan-bahan luar biasa unik seperti gading mammoth, getah yang sudah jadi fosil, dan tenunan kuda. Versi 2011 menggunakan batu giok Rusia.

"Hanya dibuat 1.761 buah. Prosesnya banyak sekali, dari potongan giok mentah ke tahap polesan akhir, pengrajin harus mengenali nuansa unik dari giok dan mendapatkan kilau alaminya," kata Yandrawamin Halim direktur utama Faber-Castell Internasional Indonesia.

Halim mengemukakan ada delapan segmen giok yang melambangkan delapan generasi di perusahaan tersebut. Tiap potong giok dilindungi bingkai berlapis platina. Sentuhan akhir diberikan oleh Stephen Gemstone Laboratory dengan dukungan Idar Oberstein.

"Pen of the Year bahkan bisa jadi investasi karena makin mundur tahunnya, makin langka dan makin dicari kolektor," kata Halim. Berawal dari kesederhanaan pensil, nama Faber-Castell menjadi suatu kemewahan.
(A038/A038/ART)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011