Yogyakarta (ANTARA News) - Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Muhammad Syukri menciptakan alat pengukur karbonmonoksida di udara yang dapat diakses melalui telepon seluler.
"Melalui alat itu masyarakat dapat mengetahui tingkat kadar karbonmonoksida (CO) yang ada di udara, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran terhadap pentingnya udara yang bersih," kata Muhammad Syukri di Yogyakarat, Sabtu.
Menurut dia, alat tersebut mampu diakses melalui telepon seluler, sehingga masyarakat yang ingin mengetahui kadar pencemaran gas karbonmonoksida di suatu tempat dapat mengaksesnya. Alat itu juga dapat digunakan lembaga pemerintah untuk memantau tingkat polusi udara.
"Cara kerja alat ini cukup sederhana, yakni diletakkan di tempat yang diduga banyak polusi misalnya ruangan untuk merokok, jalan raya, terminal, garasi, dan tempat parkir. Alat itu sudah dilengkapi sensor, sehingga ketika ada asap atau udara yang mengandung gas karbonmonoksida, langsung akan terdeteksi," katanya.
Selanjutnya sinyal akan diteruskan ke "mikrokontroler", sebuah alat yang digunakan untuk memproses atau mengolah dan mengontrol sinyal masukan. Alat itu kemudian disambungkan dengan sebuah telepon seluler yang berfungsi menerima pesan dan membalas pesan yang masuk.
"Jika ingin mengetahui kadar karbonmonoksida suatu tempat, orang tinggal mengirimkan pesan pendek (sms) dengan format tertentu ke nomor telepon seluler yang telah disambungkan ke alat tersebut," katanya.
Menurut dia, jika ingin mengetahui kadar karbonmonoksida, orang tinggal sms dengan mengetik DT dan dikirimkan ke nomor telepon seluler yang sudah disambungkan, dan pesan tersebut akan masuk dan dibalas oleh alat itu. Misalnya, memperoleh balasan sms kadar CO:25 ppm.
"Saya berharap melalui alat ini akan lebih memudahkan masyarakat yang ingin mengetahui kadar karbonmonoksida di lokasi tertentu tanpa harus menunggu di tempat itu. Tinggal meletakkan alat tersebut, kemudian mengirimkan sms, dan akan diketahui hasilnya," katanya.
Dengan demikian, kata dia, ketika mengetahui tingginya kadar karbonmonoksida akan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya udara bersih, dan bahaya polusi udara.
Ia mengatakan karbonmonoksida berbahaya bagi manusia. Pada kadar 100 hingga 800 part per million (ppm) dapat menyebabkan sakit kepala, rasa mual, dan muntah.
"Pada tingkat yang lebih tinggi dapat menyebabkan ketidaksadaran, kerusakan otak, bahkan kematian. Sifat-sifat itulah yang kemudian menjadikan gas CO dijuluki sebagai pembunuh diam-diam atau `the silent killer`," katanya. (B015/M008/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011