Sanaa (ANTARA News) - Kerumunan besar orang turun ke jalan-jalan di Yaman setelah shalat Jumat untuk meminta Presiden Ali Abdullah Saleh mundur, dalam demonstrasi massal yang menyebabkan sembilan orang terluka dalam bentrokan dengan polisi.
Di ibukota Yaman, Sanaa, puluhan ribu demonstran mengalir ke sebuah lapangan penting dekat Sanaa University dengan menyanyikan "Keluar, keluar!" dan "Tuhan menyaksikan tindakan anda, Abdullah", seorang wartawan AFP melaporkan. Penyelenggaranya mengatakan kerumunan massa itu bertambah menjadi 100.000 orang.
Polisi mendirikan pos-pos pemeriksaan setelah Saleh memerintahkan pasukannya, Kamis, untuk memberi "perlindungan penuh" pada demonstran anti-pemerintah dan pendukung setia yang sama.
Dalam sepekan terakhir dua orang telah tewas dalam bentrokan dengan para pendukung setia Saleh di Sanaa, sementara satu orang tewas akibat kekerasan yang sama di Taez, di selatan ibukota.
Para demonstran menjuluki Jumat sebagai "awal dari berakhirnya" bagi rezim Saleh yang telah berkuasa sejak 1978.
"Tidak ada solusi kecuali rezim itu harus turun," kata imam shalat Sheikh Abdullah Satar kepada para jemaah melalui alat pengeras suara.
Bentrokan meletus di kota Aden di selatan saat ribuan orang berbaris dari beberapa lingkungan permukiman ke arah lapangan Al-Aroob yang dijaga dengan ketat di Khor Maksar, yang dihadapi oleh pasukan keamanan yang telah menembakkan gas air mata dan peluru untuk membubarkan mereka, kata beberapa saksi.
Dokter mengatakan, tujuh orang terluka di daerah Mualla sementara dua orang cedera di daerah Al-Memlah.
Bentrokan hampir tiap hari antara polisi dan demonstran telah menewaskan 12 orang di Aden sejak 16 Februari, menurut hitungan AFP berdasarkan pada laporan medis dan saksi.
Sementara itu, juga di selatan, demonstran anti-Saleh bentrok dengan gerilyawan Gerakan Selatan di Hadramawt yang membawa spanduk yang meminta pemisahan bagian selatan negara itu yang dulu merdeka, kata bebesapa saksi.
Tidak ada korban dilaporkan.
Presiden telah melawan desakan untuk mundur, tapi berjanji tidak akan mencalonkan diri lagi ketika masa jabatannya sekarang ini berakhir pada 2013, dan juga menjanjikan pembaruan politik. (S008/M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011