Khartoum (ANTARA News) - Militer Sudan menyatakan menyerang sebuah pangkalan gerilyawan Darfur untuk membuka jalan di daerah tengah Jabel Marra dan membunuh 25 orang, dalam peningkatan kekerasan terakhir di Sudan barat.

Kelompok gerilya mengkonfirmasi serangan itu kepada Reuters pada Jumat.

Sejumlah pejabat kemanusiaan PBB mengatakan, sekitar 13.000 pengungsi baru tiba bulan ini di kamp Zam Zam di Darfur Utara dari daerah-daerah yang kata pasukan penjaga perdamaian dilanda bentrokan-bentrokan sengit dan pemboman pemerintah.

Presiden Omar Hassan al-Bashir dituduh melakukan kejahatan perang oleh Pengadilan Kejahatan Internasional selama kekerasan delapan tahun di Darfur, namun ia menolak tuduhan tersebut.

"Serangan itu dilakukan dalam konteks operasi angkatan bersenjata untuk membuka jalan dan desa di daerah timur Jabel Marra dari... pemberontak," kata juru bicara militer Al-Sawarmi Khaled dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kantor berita SUNA pada Kamis larut malam.

Ia menyatakan, pasukan membunuh 25 gerilyawan dan kehilangan dua prajurit.

Tentara Pembebasan Sudan (SLA), kelompok gerilya Darfur yang dipimpin Abdel Wahed Mohamed el-Nur, hari Jumat mengkonfirmasi serangan itu kepada Reuters namun mengatakan, SLA hanya kehilangan enam gerilyawan dan sebagian besar dari mereka yang tewas adalah warga sipil.

"Mereka datang dengan tank dan pesawat dan mereka menyerang seluruh desa di daerah itu -- 13 desa ditinggalkan dan delapan diantaranya dibakar," kata seorang komandan SLA, Ibrahim el-Helu.

Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon telah mengungkapkan kekhawatiran atas peningkatan pertempuran antara gerilyawan dan pasukan pemerintah di wilayah konflik Darfur, Sudan barat.

Ban mengatakan, ia terutama khawatir mengenai pertempuran antara pasukan pemerintah dan kelompok gerilya Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) serta Tentara Pembebasan Sudan (SLA) yang setia pada Minni Minnawi.

JEM dan SLA mengangkat senjata melawan pemerintah Sudan di Darfur pada 2003 dengan menuduh mereka mengabaikan wilayah barat Sudan yang terpencil itu.

Serangkaian gencatan senjata dan perjanjian telah gagal menghentikan pertempuran di kawasan itu. JEM bergabung dalam perundingan perdamaian Darfur pada Desember lalu, tujuh bulan setelah mereka menghentikan negosiasi.

PBB mengatakan, lebih dari 300.000 orang tewas sejak konflik meletus di wilayah Darfur pada 2003, ketika pemberontak etnik minoritas mengangkat senjata melawan pemerintah yang didominasi orang Arab untuk menuntut pembagian lebih besar atas sumber-sumber daya dan kekuasaan. Pemerintah Khartoum menyebut jumlah kematian hanya 10.000.

Maju-mundur proses perdamaian antara kedua pihak berlangsung sejak 2009.

Pemberontak utama Darfur mengadakan dua babak perundingan dengan para pejabat pemerintah Khartoum di Qatar pada Februari dan Mei 2009.

Pada Februari 2009, Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) menandatangani sebuah perjanjian dengan pemerintah Khartoum mengenai langkah-langkah pembangunan kepercayaan yang bertujuan mencapai perjanjian perdamaian resmi.

Pada Mei 2009, JEM sepakat memulai lagi perundingan dengan Khartoum yang dihentikannya setelah pengadilan internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Presiden Sudan Omar Hassan al-Bashir karena kejahatan perang dan kejahatan atas kemanusiaan di Darfur, Sudan barat.

Perundingan antara pemerintah Khartoum dan pemberontak Darfur untuk mengatasi konflik itu telah ditunda beberapa kali pada tahun itu.

Perundingan yang dituanrumahahi Qatar itu sebelumnya dijadwalkan berlangsung pada 28 Oktober 2009 namun pertemuan tersebut ditunda sampai 16 November 2009 karena waktunya bertepatan dengan pertemuan puncak Uni Afrika. Jadwal terakhir itu pun ditunda hingga waktu yang belum ditentukan, kata penengah PBB dan Uni Afrika.

Kegagalan perundingan telah mengarah pada peningkatan kekerasan di Darfur.

Bentrokan-bentrokan di wilayah itu menewaskan 221 orang pada Juni 2010, sebagian besar akibat pertikaian antara suku-suku Arab yang bersaing, kata misi penjaga perdamaian PBB dan Uni Afrika (UNAMID).

Pada Mei 2010, hampir 600 orang tewas dalam pertempuran, menurut sebuah dokumen internal UNAMID. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011