Jakarta (ANTARA) - Duta Besar Republik Indonesia untuk Australia dan Vanuatu Y. Kristiarto S. Legowo mengatakan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership (IA-CEPA) memberikan peluang kepada masyarakat di kedua negara untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM).

"IA-CEPA turut mencakup berbagai kerja sama untuk peningkatan kapasitas SDM yang dapat dimanfaatkan masyarakat kedua negara, di antaranya program pertukaran keterampilan, yang adalah proyek pelatihan enam bulan untuk pekerja yang telah memiliki keterampilan tersier, yaitu lulusan universitas atau diploma,” kata Kristiarto dalam keterangan tertulis dari KBRI Canberra yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Hal tersebut disampaikannya dalam kuliah umum berjudul “Youth, E-Commerce, and Creative Economy in Agriculture” yang disampaikan di hadapan ratusan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, secara daring, Jumat (22/10).

Dubes Kristiarto mengatakan hubungan bilateral Indonesia-Australia kini sedang berada dalam situasi terbaik dan harus dirawat bersama secara terus menerus.

Indonesia dan Australia telah meningkatkan status hubungan bilateral kedua negara menjadi Comprehensive Strategic Partnership (CSP) pada tahun 2020 lalu, khususnya dalam hal kerja sama ekonomi.

Kedua negara telah menandatangani Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership (IA-CEPA) yang berlaku secara resmi sejak 5 Juli 2020.

Baca juga: Kunjungi Jawa Barat, Dubes Australia temui pebisnis bahas IA-CEPA

Menurut dia, setelah IA-CEPA diberlakukan, ada sejumlah peluang peningkatan kapasitas diri dalam sektor pendidikan yang dapat dimanfaatkan oleh pemuda Indonesia.

Sektor yang termasuk dalam program ini adalah sektor finansial, asuransi, pertambangan, engineering, dan layanan telekomunikasi dan informasi.

"Program ini akan dimulai dengan pertukaran 100 orang setiap tahun dan akan meningkat 500 orang pada tahun ke lima," tutur Kristiarto.

IA-CEPA, kata dia, juga membuka kesempatan besar bagi lembaga pendidikan Australia untuk berinvestasi di Indonesia.

"Saat ini Monash University telah membuka kampus pertama di Indonesia, Australia National University (ANU) akan membuka lembaga riset, dan Central Queensland University telah membuka kantor perwakilan di Indonesia," kata Kristiarto.

"Secara geografis, Australia sangat dekat dengan Indonesia. Ibarat tetangga, kita buka pintu rumah di depan sudah Australia. Tentu kita tidak ingin memiliki tetangga yang tidak menyenangkan, begitu juga sebaliknya. Maka kita harus membangun hubungan yang baik dengan Australia," kata dia.

Senada dengan itu, Atase Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Atdikbud RI) di Canberra, Mukhamad Najib, menilai perjanjian ini merupakan peluang bagi masyarakat kedua negara.

Baca juga: Mendag: Barang impor RI dari Australia untuk kembangkan industri

"Salah satu peluang bagi petani muda di Indonesia adalah peningkatan kapasitas," ujar Najib dalam kesempatan yang sama.

Australia, kata Dubes Kristiarto, merupakan tempat yang tepat bagi petani-petani muda Indonesia untuk belajar.

"Sektor pertanian di Australia sangat maju dan salah satu yang paling penting di Australia. Saat ini, lebih dari 25 persen produk ekspor Australia ke Indonesia adalah produk pertanian dan peternakan," kata dia.

Menurut Kristiarto, sebanyak 55 persen penggunaan lahan di Australia diperuntukkan bagi kebutuhan pertanian. Sistem dan aturan di Australia ditegakkan dengan baik, sehingga lahan pertanian terjaga dengan baik pula.

"Ini menarik, karena artinya, pertanian memang dipandang dan diperlakukan spesial di Australia," tutur dia.

"Secara khusus, saya mendorong IPB sebagai salah satu kampus terkemuka di Indonesia untuk juga dapat memanfaatkan peluang kerja sama pendidikan dalam payung IA-CEPA ini, khususnya kesempatan untuk berkolaborasi dengan Lembaga riset atau pendidikan Australia dalam memajukan sektor pertanian," ungkap Kristiarto.

Baca juga: Mendag optimistis perdagangan RI-Australia bakal menggeliat lagi
Baca juga: RI-Australia perkuat kerja sama pemulihan ekonomi via Program Katalis

Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021