"Bisa dibilang ini merupakan pameran unik, karena saya adalah seorang fotografer landscape. Foto-foto kali ini agak berbeda, karena lebih ke arah foto jurnalistik," kata Sigit Pramono, di Jakarta, Jumat.
Pada awalnya Sigit sering mengambil keindahan Bromo dalam fotonya, namun semenjak erupsi Bromo terjadi, Sigit ingin menunjukkan juga sisi lain gunung tersebut.
"Sangat sedikit foto-foto yang mengandung nilai jurnalistik tinggi tentang erupsi Bromo. Selama ini, wartawan hanya fokus kepada Merapi saja. Untuk itulah saya ingin memperlihatkan kepada masyarakat tentang tragedi dan suasana yang terjadi di Bromo," tambahnya.
Acara ini dihadiri oleh budayawan dan tokoh pers Goenawan Mohammad yang juga membuka pameran dimulai pada 25 Februari hingga 7 Maret 2011.
Menurut Goenawan, foto-foto Sigit Pramono merupakan kombinasi antara keindahan dan penderitaan.
"Salut kepada Sigit karena meskipun bukan seorang wartawan, namun dia mampu menyumbangkan sisi lain Bromo kepada masyarakat melalui hasil karyanya yang memiliki unsur foto jurnalistik," katanya.
Goenawan menambahkan, melalui foto-foto Sigit, masyarakat diajak untuk berpikir bahwa Bromo bukan hanya sebagai tempat rekreasi tetapi juga tragedi.
Direktur Utama Perum Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA, Ahmad Mukhlis Yusuf mengatakan, seperti inilah foto-foto yang diharapkan bisa bermanfaat bagi masyarakat, memiliki nilai-nilai jurnalistik yang dapat dirasakan.
"Wartawan bukan hanya menyebarkan foto tanpa rasa. Foto haruslah membangun rasa, spiritualitas, dan memberi kontribusi kepada bangsa,"katanya.
Diharapkan melalui pameran foto ini, masyarakat mengetahui keadaan dan kondisi yang saat ini masih terjadi di kawasan Bromo dan tidak hanya fokus untuk korban Merapi saja.
Sigit juga menggelar pameran yang memfokuskan pada penggalangan dana yang nantinya akan disumbangkan kepada penduduk Tengger yang berada di sekitar Bromo.(*)
(T.M-NLM/A025)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011