Solo (ANTARA News) - Lima dari sembilan warga Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, yang terkena penyakit antraks beberapa waktu lalu sampai saat ini masih dirawat secara intensif di Rumah Sakit Umum Dr Moewardi Solo.

Humas RSU Dr Moewardi Solo, Mulyati, kepada wartawan Jumat mengatakan, kelima pasien rujukan dari RSU Pandanarang, Boyolali, yang masih menjalani perawatan tersebut rata-rata mengalami tingkat kegawatan cukup tinggi pada bagian kulit yang terserang antraks diduga tertular dari daging ternak sapi yang mereka konsumsi.

Kelima orang yang terkena antraks itu berasal dari Dukuh Tangkisan, Desa Karangmojo, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali.

"Semua pasien ini masih merupakan kerabat dekat yakni Anjariati, Sajidan, Muhadi, Ramelan dan Raminah masih menjalani perawatan intensif di ruang perawatan khusus rumah sakit ini," ucapnya.

Dia mengatakan, secara umum perkembangan kesehatan lima pasien tersebut semakin membaik. Luka-luka di wajah, kaki, dan tangan mereka sudah mulai mengering. Mobilisasi tidak terganggu, komunikasi baik, nafsu makan dan minum juga semakin meningkat.

"Menurut hasil pemeriksaan tiga dokter spesialis penyakit dalam yang menangani mereka, kelima pasien hanya terjangkit antraks pada bagian kulit. Tingkat kegawatannya 95 persen untuk utanius dan lima persen untuk `intestinal` (saluran pencernaan) dan pernafasan," katanya.

Dia menjelaskan dugaan pertama bahwa kelima pasien tersebut terjangkit antraks adalah dari ciri-ciri luka yang diderita dan adanya riwayat kontak dengan sapi.

Selain itu dikuatkan dengan hasil pemeriksaan spora tanah di Klego yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah yang menunjukkan positif mengandung bakteri "bacillus anthracis".

Sebanyak sembilan warga Dukuh Tangkisan terjangkit penyakit antraks yang tertular dari sapi piaraan. Mereka mengalami menyakit kulit parah yang semakin hari semakin membengkak dan melebar. Mereka diduga terjangkit sapi milik Ramelan, yang dibeli dari pasar hewan.

Namun tak lama setelah dipelihara, ternyata sapi tersebut diketahui menderita sakit. Akhirnya Ramelan memutuskan menyembelih sapi tersebut. Dagingnya dimasak untuk dikonsumsi dan sebagian lainnya dibagi-bagikan kepada kerabat dan para tetangga.

Dua hari setelahnya, sejumlah orang mengeluh pusing dan demam tinggi diikuti munculnya bintik-bintik di kulit dan melepuh. Bahkan beberapa di antaranya membengkak dan melebar ke bagian yang lainnya.

(J005/M028/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011