Banyak tanggung jawab yang dipikul saat menggunakan platform digitalJakarta (ANTARA) -
Pada kesempatan itu, Ketua Dewan Penasihat School of Government and Public Policy (SGPP) Gita Wirjawan menyebutkan teknologi telah berkembang, khususnya inovasi teknologi yang meningkat cepat. Namun, inovasi teknologi dapat menciptakan batas kesalahan yang bisa mengancam peradaban manusia.
"Kemajuan teknologi masih memberikan kemungkinan terciptanya kesalahan-kesalahan lain yang mengancam kemanusiaan jika salah dalam penggunaannya,” kata Gita saat menjadi narasumber the 5th Jakarta Geopolitical Forum 2021 dalam siaran pers, Jumat.
Baca juga: Indonesia optimistis memasuki masyarakat 5.0
Baca juga: Lemhannas gelar Jakarta Geopolitical Forum V untuk membahas kebudayaan
Menurut dia, dari sudut pandang teknologi dan budaya, serta sudut pandang kemanusiaan, manusia telah berevolusi. Kemanusiaan dan budaya telah dipengaruhi oleh pengambilan keputusan atau penilaian yang bias dan juga gangguan dari pemikiran manusia.
Di beberapa negara seperti Jerman, Amerika, dan Eropa, teknologi yang sama telah digunakan, namun dengan ide-ide dan ideologi yang berbeda. Sehingga pada dasarnya mereka telah masuk ke dalam persaingan yang tidak perlu, bahkan mengakibatkan korban dalam konteks kemanusian.
"Hal ini lah yang kita lihat pada Perang Dunia ke 2, mereka memiliki ideologi yang berbeda untuk jenis determinisme teknologi yang berbeda, sampai-sampai mereka benar-benar menghasilkan sesuatu yang akan sangat tidak baik bagi umat manusia,” kata Gita.
Dalam 150 tahun terakhir, terutama sejak Revolusi Industri pertama, teknologi telah diberdayakan untuk banyak tujuan. Meski tujuan dari pemanfaatan teknologi berbeda, namun penting bagi kita untuk memperhatikan betapa cepat kemajuannya agar bisa menjadi dasar umat manusia dalam menyikapi teknologi.
Di sisi lain, teknologi yang digunakan oleh umat manusia belum bergerak dengan cara yang ramah, contohnya banyaknya polarisasi pada percakapan di media sosial yang bisa menciptakan pertikaian. Bahkan negara-negara seperti Amerika dan China bisa terus bertikai dan dalam waktu dekat tidak akan akur. Padahal, seharusnya orang-orang ini bekerja sama dalam memajukan peradaban.
The 5th Jakarta Geopolitical Forum 2021 yang dilaksanakan secara hybrid pada Kamis dan Jumat, 21 dan 22 Oktober 2021, pukul 08.00 s.d. 15.00 WIB menghadirkan sepuluh narasumber terkemuka yang berasal dari tiga negara yaitu Amerika Serikat, Prancis dan Indonesia.
Sepuluh narasumber tersebut yakni Mr. Rudy Breighton, M. B. A., M. Sc. dari Intercontinental Technology and Strategic Architect Boston; Prof. Dr. Robert W. Hefner, Former Director of the Institute on Culture, Religion, and World Affairs (CURA), Universitas Boston; Prof. Donald K. Emmerson Direktur Southeast Asia Forum (SEAF) di Shorenstein Asia-Pacific Research Center Stanford University; Dr. Jean Couteau, Antropolog dan Budayawan dari Prancis; Dr. Gita Wirjawan, Patron and Advisory Board of the School of Government and Public Policy (SGPP) dari Indonesia.
Baca juga: Lemhannas: Antusiasme peserta JGF berikan dampak baik bagi peradaban
Baca juga: Cendekiawan: Indonesia hadapi zaman bergerak hasilkan politik baru
Baca juga: Antropolog: Tranformasi ancaman bagi masa depan
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021