Dosen Jurusan Teknik Mineral, Universitas Cenderawasih (Uncen), Prihananto Setiadji MT di Jayapura, Jumat, menjelaskan material yang longsor itu dapat berupa tanah, batuan atau tanah disertai batuan.
Menurut Prihananto, peristiwa longsoran yang banyak terjadi pada umumnya adalah longsoran tanah, termasuk sejumlah daerah di Jayapura.
"Longsoran tanah sering terjadi pada awal musim hujan dan menimbulkan kerugian besar bagi manusia karena dimensinya sangat luas," jelasnya.
Longsoran jenis itu terjadi pada awal tahun 2008 di sekitar kompleks Rumah Sakit Dok II, Kota Jayapura, yang menewaskan sembilan orang dan lebih dari tiga rumah rusak berat.
Bencana yang sama juga terjadi di sejumlah daerah di Kota Jayapura pada awal tahun 2009 dan telah memakan korban jiwa.
Prihananto Stiadji menambahkan, dengan kejadian-kejadian itu sepatutnya seluruh pihak meyadari dan memperhatikan pentingnya mempertimbangkan kondisi alam, terutama mengenai faktor topografi atau kemiringan lereng ketika melakukan kegiatan pembangunan.
Hal ini karena kemiringan lereng bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya longsoran, jika tidak ditangani secara baik pada setiap tahapan pembangunan, terutama pada lereng yang banyak ditemukan retakan atau patahan pada blok-blok batuannya.
Sementara itu, curah hujan serta kondisi batuan dan tanah juga dapat menjadi faktor pemicu longsoran yang harus diperhatikan.
Adapun kegiatan manusia yang bisa menjadi penyebab longsoran adalah penggunaan lahan pada lereng bukit yang terjal, pengupasan, dan penggundulan hutan untuk berbagai keperluan, misalnya permukiman atau perkebunan yang kini marak dilakukan masyarakat.
(KR-MBK/E011)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011