stadion berkualitas internasional dan kapasitasnya terbesar ketiga di dunia
Jakarta (ANTARA) - Pembangunan Jakarta International Stadium (JIS) membawa misi kesejahteraan bagi seluruh warga DKI Jakarta, termasuk warga Kampung Bayam berjumlah 642 kepala keluarga (KK) yang dulu menghuni kawasan itu, sebelum proyek pembangunan stadion berstandar internasional itu dilaksanakan.
"Roda ekonomi akan bergerak dari sini, sektornya macam-macam, dari sektor 'food and beverages', sektor pariwisata, dan lain-lain," ujar Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Perseroda Widi Amanasto kepada ANTARA di Jakarta Utara, Jumat.
Widi mengatakan sebelum pembangunan JIS, lahan di Kelurahan Papanggo, Tanjung Priok itu tak terurus bahkan jadi tempat pembuangan sampah sembarangan.
Di atas lahan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu, warga Kampung Bayam membangun tempat tinggal mereka.
Lalu pemerintah mulai merencanakan pembangunan JIS di lokasi tersebut sebagai ikon baru Ibu Kota yang bisa menjadi pusat roda perekonomian.
Baca juga: Grup K-Pop BTS berencana konser di JIS pada 2022
Namun, pemerintah tidak serta-merta ingin mengusir warga Kampung Bayam yang tinggal di sana, malah membuat rencana aksi penawaran kepada mereka.
"Apakah mau dibangunkan rumah susun yang lebih layak atau bersedia pindah dengan uang pengganti," kata Widi.
Aksi itu dikenal dengan nama "Resettlement Action Plan" (RAP) atau istilah lainnya program 'ganti untung' karena program tersebut tetap diberikan kepada masyarakat meski mereka menempati lahan yang sebenarnya milik pemerintah.
Warga Kampung Bayam rata-rata memilih tidak menerima tawaran pindah ke rumah susun, mereka lebih memilih pindah secara sukarela dengan uang pengganti, maka permintaan itu pun dikabulkan oleh Jakpro.
Sebagian lagi warga Kampung Bayam yang menerima tawaran pindah ke rumah susun, diseleksi pula oleh Jakpro untuk diberikan pekerjaan sebagai pekerja operasional di Jakarta International Stadium.
Baca juga: Dirut Jakpro sebut JIS debut di perhelatan final IYC 2021
Ada yang sebagai tenaga sekuriti, teknisi, tenaga kebersihan (housekeeping), penjaga kantin dan lain-lain yang jumlahnya mencapai 135 KK.
Yang sudah lolos, nantinya akan mendapat hunian pekerja pendukung operasional (HPPO) berbentuk kampung susun yang lokasinya berdekatan dengan JIS.
Widi mengatakan pembangunan HPPO dilaksanakan setelah proyek pembangunan stadion rampung
Jadi, sambil menunggu operasional selesai, mereka belum menerima perlakuan (treatment) apa-apa, tetapi komunikasi tetap dijalin Jakpro dengan mereka selagi menunggu pembangunan JIS selesai.
"Mereka pasti ke sini karena sudah dikomunikasikan. Rumah kampung susunnya letaknya di dekat danau (Cincin) Tanjung Priok yang masih di sekitar area JIS juga," kata Widi.
Baca juga: Wakil Ketua DPRD DKI: JIS jadi "legacy" pemerintah DKI Jakarta
Bangga
Secara terpisah, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi DKI Jakarta Abdurrahman Suhaimi mengatakan dirinya bangga karena kemajuan pembangunan Jakarta International Stadium (JIS) membawa misi kesejahteraan bagi seluruh masyarakat DKI Jakarta khususnya yang ada di sekitar Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
"Ya, kami bangga dengan proses dan kemajuan dari pembangunan ini. Jadi, selain kemajuan-kemajuan secara fisik, kemajuan-kemajuan secara teknologi, nanti juga membawa kesejahteraan bagi warga DKI Jakarta seluruhnya," kata Suhaimi, ditemui saat meninjau proyek pembangunan JIS.
Senada pula respons Wakil Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta Muhammad Taufik.
Menurut Taufik, pembangunan JIS adalah warisan (legacy) yang ditinggalkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang menjabat saat ini kepada masyarakat.
Ia berharap peninggalan itu dikelola oleh tim profesional sehingga terawat dan mampu mendatangkan keuntungan bagi seluruh DKI Jakarta, termasuk masyarakat yang tinggal di dalamnya.
Baca juga: Anggota DPRD DKI dukung percepatan pembangunan JIS
"Kami semua begitu melihat JIS ya, ada rasa bangga Jakarta mempunyai stadion berkualitas internasional dan kapasitasnya terbesar ketiga di dunia. Yang paling penting ke depan bagaimana mengelola ini. Kepemilikan stadion yang bisa multifungsi itu mahal ya karena itu harus dikelola secara profesional," kata Taufik.
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2021