Manama (ANTARA News) - Para pemrotes Bahrain bersumpah Rabu tidak akan beranjak dari Lapangan Mutiara, episetrum demonstrasi anti-rejim, meski aktivis oposisi utama Syiah dibebaskan dan seruan berunding raja diulangi.
"Bahkan jika mereka menaruh bedil di mulut saya dan memerintah saya supaya pergi, saya tidak mau," kata Sabah Abadi, seorang pensiunan pegawai balaikota yang duduk di tenda bersama anak dan teman-temannya di lapangan itu, demikian AFP melaporkan.
"Saya ada di sini siang dan malam."
Sehari sesudah protes masif memacetkan jalan-jalan utama Manama, demonstran yang kebanyakan Syiah kembali memenuhi Lapangan Mutiara, meneriakkan: "Kami saudara, Sunni dan Syiah. Kami tidak akan meninggalkan negara ini."
"Kami tidak akan pernah dipermalukan," teriak seorang perempuan, menyuarakan slogan tradisional Syiah yang memekakkan dari pengeras suara sepanjang lapangan itu.
Para pemrotes, yang tanpa henti turun ke jalan-jalan setiap hari sejak 14 Februari, telah menamai ulang Lapangan Mutiara "Bundaran Martir" untuk menghormati para korban serangan mematikan polisi Kamis.
"Tuntutan terpenting kami adalah bahwa para pembunuh diadili," kata Orman Baba, 27, yang menganggur. "Itu kriminal."
"Bahkan jika kami mati, hal itu tidak masalah," tambah Zuhair Hassan, 29 yang meninggalkan pekerjaannya sebagai sopir dan bergabung dalam duduk-duduk.
"Saya berjuang demi tanah air saya."
Pasukan keamanan telah diperintahkan agar menjauhi para pemrotes, banyak diantaranya menuntut diakhirinya dinasiti Sunni Al-Khalifa, yang telah menguasai kerajaan kecil itu selama hampir 200 tahun.
Raja Hamad yang diserang, yang berada di Arab Saudi Rabu, telah mengulangi kembali permintaan untuk dialog, ketika 23 aktivis Syiah dibebaskan dari penjara menyusul ampunan kerajaan.
Raja mengatakan keputusan untuk membebaskan para tahanan itu muncul sebagai tanggapan atas permohonan yang disuarakan selama reli massa pro pemerintah Senin.
Pengampunan kerajaan tersebut juga memasukkan sekretaris jenderal Freedom Islmic Movement Said al-Shihabi, yang tinggal di London bersama dengan Hassan Mashaima, pemimpin gerakan opoisisi Haq. Keduanya sedang diadili secara in absentia.
Mashaima diharapkan akan kembali ke Manama Selasa namun tidak jadi.
Haq adalah kelompok Syiah radikal yang menolak untuk mengakhiri boikotnya terhadap pemilu, tidak seperti islamic National Accord Association, kelompok utama Syiah negara itu yang mengambil bagian dalam pemungutan suara 2006 dan menguasai 18 dari 40 kursi parlemen.
Blok tersebut meninggalkan parlemen sebagai protes terhadap pembunuhan hari Kamis.
Kelompok-kelompok oposisi resmi tidak jadi menuntut kejatuhan rejim, melainkan meminta pengunduran diri pemerintah, pengimplementasian reformasi dan pembentukan "kerajaan konstitusional riil."
Oposisi juga telah menuntut penyelidikan "imparsial" untuk mengidentifikasi mereka yang berada di belakang pembunuhan tujuh pemrotes sejauh ini oleh polisi dan telah meminta pembentukan pemerintahan "penyelamatan nasional."
Rabu, tujuh kelompok oposisi, termasuk INAA, mengeluarkan sebuah pernyataan mendesak para demonstran untuk "melanjutkan penyataan tuntutan mereka secara pasif dan beradab" sementara menuntut pihak-pihak yang berwenang "melindungi para pemrotes".
Pernyataan itu menyebutkan dialog dengan negara perlu "dibangun berdasarlandasan yang jelas," menambahkan bahwa "tak satu pun dari landasan ini disebutkan dalam undangan dialog putra mahkota."
Juga ditegaskan bahwa kelompok-kelompok oposisi "ingin mencapai konsensus besar berdasarkan pandangan bersama antara asosiasi politik dan formasi kaum muda yang berbeda-beda yang mengambil bagian dalam protes di Lapangan Mutiara."
Juga dikatakan kaum oposisi mau bertemu asosiasi politik yang mendukung pemerintah tetapi belakangan menyerukan "reformasi esensial terhadap sistem politik," menyebut Sheikh Abdullatif al-Mahmud dari National Unity Assembly yang baru saja dibentuk.
Aliansi oposisi mencakup INAA dan Haq bersama dengan empat asosiasi politik lain, termasuk kaum kiri, liberal dan nasionalis Arab.
Sementara, ulama Syiah utama telah menyerukan lebih banyak demonstrasi Jumat untuk "meratapi para martir," mendesak para pemrotes untuk berpawai lagi ke Lapangan Mutiara.
Motor utama Teluk Arab Saudi telah mendukung tetangga kecilnya dan menolak "campur tangan" asing dalam urusan dalam negeri Bahrain.
Amerika Serikat, yang memangkalkan Armada Kelimanya di Manama, telah menyetujui langkah para pejabat Bahrain untuk memulai dialog.
Washington sebelumnya telah mengecam penggunaan kekerasan oleh sekutunya Bahrain terhadap para pemrotes anti-rejim. (ANT/K004)
Pewarta: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011