Khususnya terkait dalam menanggapi hal-hal yang berkembang saat ini. "Dewasalah dalam berpolitik, intinya komunikasi yang kurang lancar diperbaiki," kata Tifatul dalam siaran pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Kamis.
Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menyayangkan jika kekuatan besar koalisi itu tidak dapat dikonsolidasikan untuk menyukseskan program-program pemerintah SBY-Boediono.
Bahkan, Tifatul menambahkan bahwa pada masa yang akan datang belum tentu Indonesia mampu mewujudkan koalisi sebesar ini.
Tifatul juga mengingatkan bahwa Presiden SBY sudah memberi arahan bahwa Setgab haruslah bersikap antisipatif. Bahkan, katanya, SBY memberikan permisalan bahwa mengambil keputusan politik itu seperti orang terjun payung, "kalau sudah loncat dari pesawat, tidak bisa kembali lagi".
"Jadi jangan dadakan terus, tiba-tiba ada instruksi begini begitu, bangunlah komunikasi sesuai kontrak politik itu. Ada level pembina, disisi menteri-menteri dan sisi parlemen. Komunikasi ini adalah kuncinya," kata Tifatul.
Pada sisi lain, ungkap Tifatul, ada pihak-pihak yang "ngomporin", dan hampir tiap hari bicara reshuffle (perombakan) kabinet. Padahal ini adalah ranah prerogatif presiden.
"Ada yang belum baca isi kontrak politik, rajin komentar. Ada yang baru bergabung, tidak berjuang dan tidak berkeringat, ikut memanas-manasi keadaan. Ayolah bangun kematangan berpolitik bangsa ini," kata Tifatul.
Tifatul juga mengajak semua anggota koalisi termasuk PKS, untuk mensyukuri koalisi besar yang merupakan rahmat Allah SWT, dan selanjutnya bersama-sama berjuang menyejahterakan rakyat.
(A041/E001/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011