Konflik yang terjadi itu memicu investor untuk kembali memburu aset-aset safe haven (aset aman dengan imbal hasil rendah) seperti pada mata uang
Jakarta (ANTARA News) - Kurs mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot antarbank Jakarta pada Kamis pagi naik sebesar 8 poin ke posisi Rp8.867 dibanding sebelumnya yang sebesar Rp8.875.

Pengamat pasar uang, Cece Ridwan di Jakarta, Kamis mengatakan, mata uang dalam negeri pada pagi ini bergerak positif dipicu oleh pelaku pasar yang kembali menempatkan dananya pada mata uang rupiah.

Ia menambahkan, tidak menentunya situasi ekonomi global terkait konflik yang terjadi di timur Tengah dan Afrika Utara itu memicu investor menjauhi aset-aset berisiko.

"Konflik yang terjadi itu memicu investor untuk kembali memburu aset-aset safe haven (aset aman dengan imbal hasil rendah) seperti pada mata uang," katanya.

Ia menambahkan, krisis Libya dikabarkan telah menewaskan lebih dari 500 orang demonstran. Khadafi tak bergeming dan semakin memperkuat posisi dengan cara kekerasan.

"Krisis Libya ini dikawatirkan merembet ke negara-negara lain terutama ke Arab Saudi. Arab Saudi dan Libya adalah anggota OPEC (Organisasi Negara-negara pengekspor Minyak Bumi) dengan produksi minyak mentah terbesar dan kedua," katanya.

Ia menambahkan, demonstrasi berdarah di Libya telah mendongkrak harga minyak mentah naik. Kenaikan harga minyak mentah akan diikuti dengan kenaikan harga pangan yang semakin mengkawatirkan.

Ia mengatakan, kendati indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka melemah, namun mata uang Rupiah menguat, itu berarti investor cenderung masuk kedalam pasar uang yang mempunyai risiko rendah.

"Rupiah masih menguat diperkirakan dana asing masuk kedalam Rupiah dikarenakan investor mengambil posisi investasi aman," katanya.
(*)


Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011