Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengemukakan Bali masih berstatus tanggap darurat bencana usai adanya longsor dan gempa bumi yang terjadi pada Sabtu (16/10).
"Keadaan darurat ini harus segera ditangani. Yang meninggal di pulasara sesuai tradisi ajaran agama yang dianut. Kemudian setelah itu tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Jadi sekarang ini masih tahap darurat," kata Muhadjir Effendy melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.
Muhadjir telah meninjau langsung lokasi terdampak bencana longsor akibat gempa bumi bermagnitudo 4,8 di Desa Trunyan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, pada Selasa (19/10).
Muhadjir meminta pihak terkait, yakni pemerintah daerah di Bali, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk menangani dampak bencana dengan baik.
Dalam kesempatan tersebut, Menko PMK mengunjungi rumah warga yang terdampak longsor. Sebanyak lima kepala keluarga (KK) menjadi korban paling terdampak reruntuhan longsor. Imbasnya, rumah yang mereka huni rusak parah dan tidak dapat ditempati.
Muhadjir meminta pemda untuk dapat memprioritaskan penanganan terhadap korban reruntuhan longsor untuk difasilitasi tempat penampungan yang layak.
"Kelima KK ini saya minta dalam minggu ini harus sudah mendapatkan tempat tinggal sementara. Mereka tidak boleh dihantui oleh trauma karena semua rumahnya hancur, sementara dia belum pasti tinggal di mana," katanya.
Sementara akibat gempa bumi di Bali, jumlah korban terdampak tiga orang meninggal, delapan lainnya luka berat, 74 luka ringan, dan lima KK yang terdiri atas 19 jiwa mengungsi.
Selain itu, tiga desa di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, terisolasi akibat satu-satunya jalur darat yang menghubungkan wilayah itu menuju Kota Bangli tertimbun material longsor. Desa yang terisolasi tersebut adalah Desa Trunyan, Desa Abangsongan dan Desa Abang Batudinding. Secara keseluruhan, tiga desa tersebut dihuni oleh 503 KK.
Mantan Mendikbud itu menerangkan, saat ini pemerintah pusat dan daerah telah menyalurkan ragam bantuan untuk warga yang terisolasi melalui jalur danau, mulai dari bantuan pangan sembako, pakaian, selimut alat kebersihan.
Pemerintah pusat juga telah menyalurkan dana siap pakai (DSP) yang digunakan untuk kebutuhan penanganan usai gempa, masing-masing sebesar Rp250 juta untuk Kabupaten Bangli dan Kabupaten Karangasem.
Baca juga: BPBD Bali: Empat orang di Trunyan-Bangli tertimbun akibat gempa
Selain itu, Menko PMK memberi perhatian khusus pada perempuan dan anak-anak. Dia meminta kebutuhan khusus untuk perempuan dan bayi juga dapat dipenuhi dengan baik.
Baca juga: Warga tiga desa di Kintamani Bangli terisolir akibat gempa Bali
"Saya minta pasokan kebutuhan anak, misalnya pampers, susu formula, karena tadi ada anak kecil. Kemudian juga kebutuhan untuk ibu-ibu dan perempuan juga harus disiapkan. Biasanya itu dianggap remeh, padahal itu justru yang penting," ujarnya.
Baca juga: Round Up - Gempa kagetkan warga Bangli-Karangasem dan warga luar Bali
Dalam kesempatan itu, Menko PMK juga menyalurkan bantuan paket sembako dari sumbangan Kemenko PMK Peduli, simbolis bantuan 15 paket tas sekolah berisi alat tulis sekolah dan masker, serta 15 paket kebutuhan spesifik wanita dan masker.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021