Jakarta (ANTARA) - Plug and Play menggelar Vertikal Fintech pada Expo 9.0 dengan menghadirkan 19 startup binaan yang telah menyelesaikan program akselerator batch ke-9 selama 3 bulan.
"Expo Day bukan hanya ajang untuk memamerkan popularitas saja, namun pembuktian nyata peran bersinergi yang dipikul oleh Plug and Play dalam menyediakan sebuah platform dengan manfaat untuk membuka wawasan dan cakrawala korporasi, investor dan regulator," kata Wesley Harjono, Managing Partner, Plug and Play dalam konferensi pers daring pada Kamis.
Expo Day tersebut merupakan ajang untuk memaparkan solusi inovatif dan kapabilitas startup binaan terpilih kepada para pemangku kepentingan, seperti regulator, investor, dan korporasi.
Baca juga: MIKTI siapkan inkubasi daring "startup" siasati pandemi
Baca juga: Telkom kembali gelar program inkubasi startup digital
Sebagai bagian dari program akselerator, Plug and Play membukakan akses eksklusif kepada startup-startup binaan ke jaringan korporasi, peluang pendanaan, sesi bimbingan dengan mentor berkualitas, eksposur ke media nasional, dan berbagai macam pelatihan.
"Ke-19 startup binaan tahun ini sungguh menggambarkan advancement bangsa Indonesia dalam menganalisa pain points dan menghadirkan jajaran solusi cerdas demi meningkatkan kualitas dan efisiensi hidup. Selain dari background yang beraneka ragam, batch ini juga membuktikan pentingnya ketangguhan dan kedisiplinan dalam berinovasi sebagai salah satu faktor kunci menggapai mimpi dan impian," kata Wesley.
Dalam kesempatan yang sama, Plug and Play meluncurkan vertikal terbaru, yaitu fintech (teknologi finansial), makin melengkapi jajaran pilar layanan jasa platform teknologi inovasi yang kini terdiri dari fintech, sustainability, dan industry 4.0.
"Dengan dibentuknya vertikal fintech, Plug and Play semakin dapat membantu korporasi dalam mengintegrasikan teknologi finansial ke dalam infrastruktur mereka. Selain itu, akhirnya kami dapat menyambut startup fintech ciptaan anak Indonesia," kata Wesley.
HootSuite dan WeAreSocial per Januari 2021 mencatat 125,6 persen populasi atau 345,3 juta penduduk memiliki konektivitas nirkabel. 98,2 persen populasi Indonesia menggenggam ponsel pintar.
Data serupa juga memaparkan bahwa 48,9 persen populasi memiliki rekening dana dalam bentuk apapun di institusi keuangan. Sebanyak 129,9 juta penduduk mengaktifkan pembayaran digital, bertumbuh 27,6 persen YoY, serta mendorong nilai transaksi digital mencapai 35,72 milyar dolar AS. Hal tersebut menandakan bahwa pasar Indonesia masih sangat awal pengadopsian teknologi finansial dan korporasi perlu merangkul potensi ini.
startup binaan Expo 9.0 yang berbeda dari batch sebelumnya memiliki sejumlah keunikan yaitu founder yang peduli dengan isu alam, lingkungan, dan berbagai permasalahan sosial, demikian Anggita Ludmila, VP of Corporate Innovation, Plug and Play.
"Hal ini menandakan adanya pendewasaan karakter dari para founder. Tidak hanya itu saja, kami juga cenderung melihat bahwa pandemi pun menjadi sebuah pembelajaran bagi para founder dalam pivot solusi yang mereka tawarkan dan konsep bisnis mereka, sehingga semakin tanggap dalam menjawab berbagai isu kompleks korporasi di tengah pandemi yang telah berjalan hampir 2 tahun ini," katanya.
Saat Prihartono, Country Director (Indonesia), Trusting Social yakin bahwa edukasi finansial terpadu dan berkesinambungan bagi warga akan berpengaruh positif bagi masyarakat.
"Pandemi memang berperan untuk mendorong akselerasi adopsi teknologi finansial di seluruh lapisan masyarakat. Tetapi, edukasi bagi masyarakat awam tetap penting. Beberapa topik yang marak akhir-akhir ini adalah banyaknya kasus pinjol (pinjaman online) dengan bunga mencekik, komunitas titip dana forex, dan arisan online bodong," kata Saat.
Semua itu terjadi karena adanya ketimpangan dalam akses edukasi finansial digital. "Kondisi di masyarakat ini perlu perhatian khusus dari semua perusahaan yang memanfaatkan teknologi finansial di dalam perusahaan mereka, baik itu insurtech, e-wallet, digital payment gateway, hingga bank digital sekalipun."
Hadirnya vertikal fintech di Plug and Play memberikan kesempatan menciptakan financial inclusivity semakin nyata, menurut Saat.
"Hal ini karena semua perusahaan, baik itu blue chips hingga UKM, jika mengadopsi teknologi finansial, memiliki tanggung jawab untuk mengedukasi konsumen mereka agar lebih paham lagi mengenai teknologi finansial, dalam bentuk apapun," kata Saat.
Baca juga: Inkubasi #hasTECH berikan bekal ekonomi digital para mahasiswa
Baca juga: Telkom "rebranding" program inkubasi dan akselerasi startup Indigo
Baca juga: Kominfo buka program inkubasi Startup Studio gelombang dua
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021