Jakarta (ANTARA) - Hari Pangan Sedunia selalu diperingati setiap tahun pada tanggal 16 Oktober. Aksi kolektif di 150 negara anggota Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa Bangsa (FAO) membuat Hari Pangan Sedunia menjadi salah satu hari yang paling dirayakan dalam kalender PBB.
Pada Hari Pangan Sedunia 2021, Perwakilan FAO di Indonesia Rajendra Aryal menyatakan pihaknya mendukung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk melestarikan hutan dan lahan gambut, termasuk upaya mengatasi dampak perubahan iklim.
"Kita membutuhkan tindakan kolektif untuk mengubah sistem pertanian pangan kita. Setiap orang harus memahami bahwa perlakuan mereka terhadap makanan mempengaruhi sistem pangan," katanya.
Ia menambahkan transformasi global hanya bisa terjadi jika dimulai dari individu, yaitu bagaimana cara memilih, memproduksi, mengonsumsi dan membuang makanan itu memengaruhi orang lain.
"Kita perlu bertindak, dan sekarang, mari kita bersama-sama berusaha dalam kapasitas apa pun yang kita bisa," ujar Rajendra.
Terkait dengan lahan gambut, dalam spirit Hari Pangan Sedunia itu, terkandung pesan bahwa area gambut bisa dimanfaatkan sebagai lahan pertanian produktif yang menghasilkan pangan bagi manusia.
Badan Restorasi Gambut (BRG) -- yang kini bernama Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, (BRGM) -- sejak awal berdiri melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan potensi petani di lahan gambut.
BRGM mengajak petani memanfaatkan lahan gambut terdegradasi, terbuka dan telantar menjadi lahan produktif.
Selain bisa meningkatkan fungsi ekonomis, pemanfaatan lahan gambut yang sudah terbuka ini bisa mengurangi risiko kebakaran di musim kemarau.
Padat karya
Kepala BRGM Hartono Prawiraatmaja yang dilansir laman https://brg.go.id menyatakan sejak 2020 pihaknya turut terlibat melaksanakan program ketahanan pangan.
Program ketahanan pangan itu dilakukan dengan pola padat karya pada lahan gambut di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.
Sebuah demonstration farm budi daya padi seluas 121 hektare dibangun di Desa Talio Hulu, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau.
Budi daya padi ini dilakukan di lahan gambut tipis dengan kedalaman kurang dari 3 meter, di mana lahan yang digunakan merupakan lahan sawah yang terbengkalai karena kebakaran berulang sering terjadi di lokasi tersebut.
Lalu, pada Kamis (28/1) 2021 panen padi perdana bisa dilakukan di areal tersebut.
Pendekatan yang digunakan BRGM dalam program ketahanan pangan ini adalah penguatan kelompok tani (poktan) dan gabungan kelompok tani (gapoktan).
Pengarusutamaan gender menduduki porsi yang penting dalam kegiatan ini mengingat sebagian besar anggota poktan adalah kaum perempuan.
BRGM memberikan insentif untuk merevitalisasi sawah-sawah itu agar masyarakat dapat mengolah kembali lahannya sehingga akan meningkatkan perekonomian dan partisipasi masyarakat dalam menjaga lahan gambut yang ada.
"Masyarakat akan menjaga lahan gambut dari kebakaran apabila mereka memperoleh manfaat atas lahan yang dikelola," kata Hartono Prawiraatmaja.
Dalam program tersebut dipraktikkan budi daya di lahan gambut tipis ini di lebih dari 300 desa di Sumatera dan Kalimantan dengan menanam padi, nanas, talas, sagu serta juga peternakan dan perikanan.
Masyarakat pun sudah terbiasa mengonsumsi hasil budi daya di lahan gambut tersebut.
Berdasarkan kajian yang dilakukan Kementerian Pertanian dan BRGM, setidaknya ada 14 komoditas untuk bisa ditanami di gambut.
Pertanian yang dilaksanakan di lahan gambut mengikuti sistem climate smart agriculture, yang meminimalisasi dampak negatif pada tanah gambut.
Kegiatan yang dilakukan, antara lain dengan memberikan edukasi Sekolah Lapang kepada petani untuk pemanfaatan lahan tanpa membakar dan penggunaan pupuk alami di tanah gambut yang asam dan peningkatan unsur hara alami tanah agar siap dimanfaatkan.
Hati hati
Meski pemanfaatan lahan gambut untuk kepentingan komoditas pangan bisa dilakukan, namun dibutuhkan kehati-hatian dalam pengelolaannya.
Hal itu diiingatkan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dalam sebuah webinar HGI Series #2 Praktik Pengelolaan Gambut secara Berkelanjutan untuk Pengembangan Ekonomi, Lingkungan, dan Masyarakat, Jakarta, Kamis (11/2) 2021.
Ia mengakui lahan rawa Indonesia luas, di mana sebagian besar berpotensi untuk dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
Akan tetapi, mesti dilakukan hati-hati, termasuk harus dicari komoditas yang cocok untuk di lahan rawa.
Karena itu, Mentan tidak terlalu merekomendasikan lahan gambut untuk pengembangan pertanian dan sedapat mungkin dihindari lahan gambut untuk pertanian.
Lahan gambut, yang mulai bisa dimanfaatkan untuk pertanian, memiliki risiko besar kebakaran.
Untuk itu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Siti Nurbaya menyatakan Indonesia berkomitmen melakukan penelitian dalam upaya pemulihan ekosistem gambut, termasuk pengembangan sistem monitoring ketinggian permukaan air dan vegetasi di lahan gambut, dan membangun portal daring untuk peta dan penggunaan lahan gambut di beberapa kabupaten yang menjadi percontohan.
Karhutla hebat pada Tahun 2015, terutama kebakaran gambut, menjadi pelajaran amat berharga bagi pemerintah Indonesia, sehingga pemerintah merespons melalui kebijakan-kebijakan untuk melakukan perbaikan tata kelola gambut secara ketat dan menyeluruh, terutama dalam rangka pencegahan terulangnya kebakaran gambut.
Hasilnya pada periode 2016-2017, Indonesia berhasil menurunkan titik api hingga 93,6 persen.
Keberhasilan ini, yang mendapat pujian dari Direktur eksekutif Program Lingkungan PBB (UNEP) Erik Solheim atas langkah-langkah yang dilakukan Indonesia dalam upaya pemulihan ekosistem gambut, merupakan bukti keseriusan Presiden Joko Widodo menjadikan pencegahan karhutla yang mayoritas terjadi di lahan gambut sebagai prioritas nasional, dan berhasil mewujudkan kebijakan-kebijakan dalam aksi yang efektif di lapangan.
Pada akhirnya, upaya dan komitmen menjaga kelestarian lahan gambut dan perlunya kehati-hatian dalam pemanfaatannya adalah ejawantah memadukan aset lingkungan dan aset ekonomi secara bijak dan bertanggung jawab.
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021