Chicago (ANTARA) - Harga emas naik relatif tajam pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), memperpanjang kenaikan untuk sesi kedua berturut-turut setelah dolar AS melemah, ketika kekhawatiran atas kenaikan inflasi dan masalah rantai pasokan meningkatkan daya tarik logam safe-haven.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, melonjak 14,4 dolar AS atau 0,81 persen menjadi ditutup pada 1.784,90 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Selasa (19/10/2021), emas berjangka terangkat 4,8 dolar AS atau 0,27 persen menjadi 1.770,50 dolar AS.
Emas berjangka jatuh 2,6 dolar AS atau 0,15 persen menjadi 1.765,70 dolar AS pada Senin (18/10/2021), setelah anjlok 29,6 dolar AS atau 1,65 persen menjadi 1.768,30 dolar AS pada Jumat (15/10/2021), dan terkerek 3,2 dolar AS atau 0,18 persen menjadi 1.797,90 dolar AS pada Kamis (14/10/2021).
Dolar merosot, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
“Ada kekhawatiran global tentang apa yang terjadi dengan krisis pasokan dan kurangnya tindakan dari Federal Reserve. Sepertinya The Fed berada di belakang bola tentang inflasi," kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
“Dengan rantai pasokan dan masalah inflasi, bagaimana saham akan terus mencapai level tertinggi baru?” Haberkorn mengatakan, menambahkan bahwa "ada pelarian ke tempat yang aman ke emas yang akan berlangsung selama beberapa bulan ke depan."
Gubernur Fed Christopher Waller mengatakan pada Selasa (19/10/2021) jika inflasi terus meningkat pada kecepatan saat ini dalam beberapa bulan ke depan, pembuat kebijakan mungkin perlu mengadopsi "respons kebijakan yang lebih agresif" tahun depan.
Emas sering dianggap sebagai lindung nilai inflasi, meskipun pengurangan stimulus dan kenaikan suku bunga mendorong imbal hasil obligasi pemerintah naik, meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Juga mendorong emas, imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan mundur setelah mencapai tertinggi lima bulan di awal sesi.
Analis StoneX, Rhona O'Connell mengatakan emas akan melihat perubahan dalam kisaran sempit setelah menembus level kunci 1.800 dolar AS per ounce, menambahkan bahwa risikonya ada pada sisi positif menjelang festival Diwali India dan dengan permintaan yang stabil di China.
Laporan Beige Book Federal Reserve tentang kondisi ekonomi saat ini yang dirilis tak lama setelah emas berjangka ditutup pada Rabu (20/10/2021) mengatakan ekonomi AS tumbuh pada "tingkat sedang hingga moderat", dan mengakui pada saat yang sama bahwa sebagian besar Amerika Serikat melaporkan "harga yang meningkat secara signifikan", memicu inflasi.
Investor juga sedang menunggu indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur AS, indikator inflasi lainnya, yang akan dirilis pada Jumat (22/10/2021).
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 56,2 sen atau 2,35 persen, menjadi ditutup pada 24,445 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik 5,2 dolar AS atau 0,5 persen, menjadi ditutup pada 1,052,30 dolar AS per ounce.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021