Jakarta (ANTARA News) - Profit taking telah menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa di pasar uang spot antarbank Jakarta.
Pada Selasa sore rupiah ditransaksikan pada 8.872 per dolar AS, melemah 12 poin dari posisi penutupan hari sebelumnya 8.860 per dolar AS.
Analis Asjaya Indosurya Securities Reza Priyambada mengatakan, rupiah yang sudah menguat selama hampir sepekan wajar apabila sekarang didera aksi ambil untung.
"Pelemahan ini wajar, rupiah sudah mengalami penguatan yang lumayan tinggi," kata dia.
Ia menambahkan, krisis yang dialami oleh Libya memperburuk keadaan dunia investasi di pasar global termasuk Indonesia.
"Pergolakan di beberapa negara termasuk Libya memberi sentimen negatif pada pasar uang termasuk mata uang rupiah, investor global akan cenderung memilih porfolionya dalam posisi tunai," kata dia.
Ia menambahkan, konflik yang terjadi itu memicu investor panik dan menjauhi aset-aset berisiko untuk kembali memburu aset-aset safe haven (aset aman dengan imbal hasil rendah) seperti dolar AS.
Namun, kata dia, sentimen positif datang dari pemerintah AS yang akan menaikkan investasinya di Indonesia. Hal itu akan memicu investor asing lainnya masuk kedalam negeri dan ikut menempatkan dananya di Indonesia.
(KR-ZMF/B008/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011