Beijing (ANTARA News) - Posting-posting yang beredar di Internet mengajak warga China yang tidak puas supaya berkumpul Minggu di tempat-tempat umum di 13 kota besar untuk memperingati "Revolusi Jasmin" yang menyebar di kawasan Timur Tengah.
Seruan tersebut nampaknya membuat pemerintah China menyensor posting-posting yang mengandung kata "jasmin" dalam upaya untuk menumpas potensi kerusuhan, demikian AFP melaporkan.
"Kami menyambut ... para korban phk dan korban penggusuran paksa untuk berpartisipasi dalam demonstrasi, meneriakkan slogan-slogan serta mencari kebebasan, demokrasi dan reformasi politik untuk mengakhiri 'kekuasaan partai tunggal'" kata satu posting.
Posting-posting tersebut, banyak diantaranya yang nampaknya berasal dari website luar negeri yang dikelola oleh para aktivis politik China di pengasingan, mengajak protes di Beijing, Shanghai, Guangzhou dan 10 kota besar China lainnya.
Para pemrotes didesak untuk meneriakkan slogan-slogan termasuk "kami butuh makanan," "kami butuh pekerjaan," "kami butuh perumahan," "kami butuh keadilan," "hidup kebebasan," dan "hidup demokrasi."
Para penguasa China telah berupaya membatasi laporan-laporan media mengenai kekacauan politik belakangan yang mulai di Tunisia sebagai "Revolusi Jasmin" dan menyebar ke Mesir dan seluruh kawasan Timur Tengah.
Pengangguran dan kenaikan harga-harga merupakan faktor-faktor penting berhubungan dengan kerusuhan yang juga telah menyebar ke Bahrain, Yaman, Aljazair dan Libya.
Pencarian Minggu untuk kata "jasmin" di mikro-blog seperti Twitter Weibo China berakhir tanpa hasil, sementara pesan-pesan di mesin pencari Baidu yang populer mengatakan bahwa oleh karena hukum dan peraturan hasilnya tidak bisa diberikan.
Sejumlah halaman pencari Internet China memasukkan posting-posting jasmin namun link ke mereka diblokir.
Pemerintah China telah mengeluarkan sumber daya besar untuk mengawasi Internet dan memblokir posting-posting anti-pemerintah dan materi politis sensitif lainnya dengan sebuah sistem yang dikenal dengan sebutan "Firewall Besar China."
Dalam pidatonya yang disampikan Sabtu, Presiden China Hu Jintao mengakui peningkatan keresahan sosial dan mendesak Partai Komunis yang berkuasa untuk menjaga stabilitas secara lebih baik sementara juga memerintahkan penguatan pengontrolan terhadap "masyarakat maya" atau Internet.
"Perlulah memperkuat dan memperbaiki mekanisme untuk melindungi hak dan kepentingan rakyat," kantor berita Xinhua mengutip pernyataan Hu.
Kunci untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan "menyelesaikan masalah penting yang mungkin menciderai keharmonisan dan stabilitas masyarakat ... melindungi hak dan kepentingan rakyat, memajukan keadilan sosial, dan mempertahankan tatanan sosial yang sehat." (ANT/K004)
Pewarta: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011