"Pasar (minyak) cukup pasokan ... dan saya tidak berpikir perlu intervensi apapun," kata asisten menteri minyak Pangeran Abdul Aziz bin Salman dalam sebuah konferensi pers pada malam pertemuan produsen-konsumen utama, demikian AFP melaporkan.
"Anda memiliki pasar seimbang hari ini, stok berada pada tingkat sangat nyaman ... (Tapi) kami sedang mencari harga yang berkelanjutan," kata Pangeran Abdul Aziz.
Namun ia menolak berkomentar mengenai kekerasan di Libya, anggota OPEC, dan dampaknya terhadap pasar minyak dan harga.
Harga minyak Brent melambung di atas 105 dolar per barel pada Senin, mencapai puncak baru dua tahun karena kekerasan mematikan di Libya memicu kekhawatiran penyebaran kerusuhan di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April melonjak ke 105,15 dolar per barel, tingkat tertinggi sejak akhir September 2008, sebelum mundur kembali sedikit menjadi 105,02 solar, naik 2,50 dolar dari level penutupan Jumat.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk Maret, yang dikenal sebagai West Texas Intermediate (WTI), melonjak ke 90,52 dolar. WTI kemudian berdiri di 90,35 dolar, naik dengan $ besar dan kuat 4,15 dolar dari dari Jumat.
Sekitar 87 negara produsen dan konsumen minyak akan menandatangani piagam untuk kerjasama di ibukota Saudi dengan tujuan untuk menstabilkan pasar minyak dan menangani volatilitas harga.
Pangeran Abdul Aziz mengatakan Arab Saudi, pemasok terbesar di dunia, masih menyokong inisiatif Raja Abdullah bahwa harga minyak harus antara 70 dan 80 dolar per barel yang diterima konsumen dan produsen. (A026/A027/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011