WAshington (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, Minggu, mendesak sikap menahan diri di Bahrain serta mengecam setiap aksi kekerasan oleh pasukan keamanan Kerajaan Teluk itu sebagai tidak dapat diterima dan menyerukan reformasi politik segera.
Dalam sebuah pembicaraan telepon dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Saud al-Faisal tentang gelombang protes yang mencengkeram Timur Tengah dan Afrika Utara, Hillary "menggarisbawahi perlunya sikap menahan diri oleh aparat keamanan di Bahrain," menurut pernyataan Departemen Luar Negeri, seperti dilaporkan AFP.
Negara mungil, sekutu kaya minyak Amerika Serikat yang dikuasi oleh kelompok Sunni dengan kelompok mayoritas Syiah yang bergolak terletak tidak jauh dari negara non Arab yang Syiah, Iran, itu juga merupakan tuan rumah Armada Kelima AS.
Negara itu berdekatan dengan sebuah provinsi penghasil minyak di pemerintahan Sunni Arab Saudi tempat kelompok Syiah juga mengeluhkan kepemimpinan yang tidak adil.
Kerajaan Teluk pro-Barat yang sangat strategis itu juga di bawah tekanan untuk memulai pembicaraan ekstensif dengan pihak oposisi yang dipimpin Syiah, di tengah meningkatnya ketegangan sektarian di belakang protes antirezim berdarah.
Hillary "menyatakan harapan bahwa teman-teman Bahrain di kawasan tersebut dan internasional akan mendukung inisiatif ini sebagai jalan konstruktif untuk melestarikan stabilitas di Bahrain dan membantu memenuhi aspirasi semua rakyat Bahrain," menurut Departemen Luar Negeri.
"Bahrain telah memulai beberapa reformasi dan kami ingin melihat mereka segera kembali ke hal itu secepat mungkin," kata Hillary dalam program "This Week" ABC Minggu pagi.
Duta Besar AS untuk PBB Susan Rice menyeru sekutu Timur Tengahnya untuk "melakukan reformasi" dan proaktif memimpin masyarakat mereka untuk menuju perubahan demokratis daripada dipaksa melakukan itu melalui aksi revolusi.
"Apa yang kami lihat di seluruh wilayah adalah kerinduan atas perubahan, sebuah masyarakat yang haus reformasi politik, reformasi ekonomi, representasi yang lebih besar, dan kami mendukung itu, "kata dia dalam program "Meet the Press" NBC.
"Pesannya sama, tidak ada kekerasan, menghormati hak-hak universal untuk berkumpul, untuk memprotes, untuk berbicara, untuk membentuk organisasi politik. Dan menuju reformasi (dan) mengakui bahwa harus ada keperluan untuk perubahan politik yang terus menerus.
Hillary menyambut baik tawaran Putra Mahkota Bahrain Sheikh Salman bin Hamad al-Khalifa untuk melakukan dialog "berarti dengan masyarakat Bahrain dari berbagai lapisan," menurut kantornya.
Dan dia berharap dukungan internasional atas inisiatif itu "sebagai jalan konstruktif untuk menjaga stabilitas Bahrain dan membantu memenuhi aspirasi dari semua rakyat Bahrain. "
"Kami sangat ingin melihat hak asasi manusia rakyat dilindungi, termasuk hak untuk berkumpul, hak untuk mengekspresikan diri, dan kami ingin melihat reformasi, "tambahnya.
Penasihat Keamanan Nasional Pemerintahan Obama, Tom Donilon berbicara melalui telepon dengan putra mahkota pada Sabtu, dan mendesak dia untuk menghormati hak asasi manusia dan meluncurkan reformasi "yang bermaksa", menurut Gedung Putih.
Sebuah aksi penyergapan Kamis pagi mengakibatkan empat orang tewas yang diikuti oleh menyebarkan tentara di Lapangan Manama, titik fokus dari protes.
Para pengunjuk rasa berbondong-bondong kembali setelah Putra Mahkota Pangeran Salman, wakil panglima angkatan bersenjata, memerintahkan baik polisi dan tentara untuk mundur.
Gelombang kerusuhan yang menyebar di wilayah ini menguji dasar-dasar kebijakan AS, yang selama puluhan tahun telah melihat Washington berpihak dengan penguasa yang menutup mata pada perbedaan pendapat tetapi memberikan sebuah stabilitas geopolitik yang relatif. (G003/M016/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011