Magetan (ANTARA News) - Puluhan warga di Desa Cepoko, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, terserang penyakit chikungunya yang melanda sejak beberapa pekan terakhir.
Setelah dilakukan pendataan oleh petugas lingkungan setempat, lebih dari 60 orang warga Desa Cepoko terserang penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk ini. Selain jumlah penderitanya terus bertambah, penyakit ini juga masih sering kambuh meski warga telah berobat ke puskesmas.
"Kalau habis minum obat, sakitnya sembuh. Namun, setelah beberapa hari, sakitnya kambuh lagi. Demikian juga warga lainnya," ujar salah satu warga penderita chikungunya di Desa Cepoko, Warsito, Senin.
Ia mengatakan, akibat serangan penyakit ini, seluruh persediannya merasa linu dan sakit jika digunakan untuk beraktivitas atau berjalan.
"Selain itu, saya dan juga warga lainnya mengalami gejala panas dan deman tinggi selama dua hari. Bagian tangan serta kaki terasa nyeri jika digerakkan," paparnya.
Rata-rata, dalam satu keluarga, lebih dari satu orang yang terserang penyakit ini. Meski telah melapor ke petugas lingkungan setempat, namun warga masih cemas dengan terus meluasnya serangan penyakit ini.
Salah satu Ketua RT setempat, Mahfud, membenarkan jika warga di lingkungannya terserang penyakit chikungunya. Pihaknya juga telah melaporkan kejadian ini ke Puskesmas Panekan untuk ditindaklanjuti.
"Saya sudah melaporkan adanya serangan penyakit chikungunya di Desa Cepoko. Petugas kesehatan dari puskesmas setempat juga telah datang dan melakukan penyuluhan. Selain itu, `fogging` (pengasapan) di lingkungan warga juga telah dilakukan," tutur Mahfud.
Ia menduga serangan penyakit ini karena ulah warga yang kurang menjaga kebersihan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya.
Sementara, Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), Dinas Kesehatan Magetan, Sugeng Raharjo, menilai serangan penyakit chikungunya ini menyusul sanitasi lingkungan yang buruk.
"Hal ini diperparah dengan pola kehidupan warga yang tidak menjaga kebersihan lingkungannya. Apalagi selama ini curah hujan tidak menentu, sehingga kuman berkembang biak dengan cepat," terang Sugeng.
Meski pengasapan telah dilakukan, ia mengimbau kepada warga desa setempat untuk gencar melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Pasalnya, PSN merupakan cara paling efektif untuk memutus siklus hidup nyamuk pembawa penyakit chikungunya.
"Tidak hanya chikungunya, namun juga nyamuk pembawa penyakit demam berdarah (DB). Kami mengimbau kepada warga untuk gencar melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan kegiatan 3 M (mengubur, menutup, dan menguras)," tuturnya.
(KR-SAS/C004/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011