Pertemuan di Nouakchott, ibukota Mauritania, itu terjadi ketika ketegangan meningkat di Abidjan, tempat sedikitnya tiga pemuda tertembak mati Sabtu ketika pasukan keamanan yang setia pada Presiden Laurent Gbagbo menindak keras para pendukung saingannya, Alassane Ouattara, demikian AFP melaporkan.
Sejak pemilihan presiden pada 28 November lalu, Gbagbo telah menolak untuk menyerahkan kekuassan pada saingannya itu, yang diakui oleh sebagian besar masyarakat internasional sebagai pemenang pemilihan yang sebenarnya.
Kelima presiden itu telah ditugasi oleh Uni Afrika pada Januari lalu untuk menemukan pemecahan bagi krisis di Pantai Gading.
Bagaimanapun Gbagbo dan pendukungnya dengan keras menentang kehadiran Blaise Compaore, yang dituduh mendukung Ouattara dan gerilyawan Pasukan Baru (FN).
Perdana menteri presiden terpilih Ouattara, Guillaume Soro, mengatakan pada sebuah surat kabar Prancis, Ahad, ia tidak yakin penengahan akan berhasil "karena Laurent Gabgbo tidak akan menerima pendapat bahwa ia kalah dalam pemilihan dan harus menyerahkan kekuasaan".
Solusinya bukan pembagian kekuasaan tapi penempatan pemerintahan demokratis yang diterima oleh semua (pihak). Solusi itu jika gagal akan menjadi "revolusi" seperti yang terlihat belum lama ini di Mesir dan Tunisia.
Sementara pada awalnya bersatu mendukung Ouattara, AS sekarang tampak terbagi, dengan Yacob Zuma dari Afrika Selatan, Yoweri Museveni dari Uganda dan Joser Eduardo Dos Santos dari Angola berusaha merundingkan penyelesaian yang dirundingkan.
Pendekatan yang lebih lunak itu juga memperlihatkan mereka menentang intervensi militer untuk menggulingkan Gbagbo dari kekuasaan sebagaimana diajukan oleh Masyarakat Ekonomi Negara Afrika Barat (ECOWAS).
Mohammad Ould Abdel Aziz dari Mauritania memimpin panel lima kepala negara itu yang terdiri atas Presiden Afrika Selatan Zuma, Presiden Burkina Faso Compaore, Presiden Idriss Deby dari Chad dan Presiden Tanzania Jikaya Kikwete.
Jean Ping, kepala Komisi AU, dan Said Djinnit, wakil PBB di Afrika Barat menghadiri pertemuan panel di ibukota Mauritania itu.
Tim itu Senin akan menuju Abidjan untuk menyampaikan usulan mereka kepada kedua saingan di Pantai Gading, Gbagbo dan Ouattara, dan memiliki waktu sepekan untuk mencapai sebuah resolusi yang mengikat semua pihak yang berselisih. (S008/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011