Pandemi menjadi endemi itu ketika bukan hanya Indonesia saja yang kasus positifnya turun drastis, tapi juga di negara-negara lain
Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Institute of Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan bantuan dari negara-negara lain agar COVID-19 dapat menjadi endemi.
“Pandemi menjadi endemi itu ketika bukan hanya Indonesia saja yang kasus positifnya turun drastis, tapi juga di negara-negara lain,” kata Tauhid kepada Antara di Jakarta, Selasa.
Pasalnya, varian baru COVID-19 masih berpotensi dibawa ke Indonesia dari luar negeri, baik melalui bandar udara maupun pelabuhan internasional. Karena itu, Indonesia perlu bantuan negara lain untuk bersama-sama menghentikan penyebaran virus COVID-19.
“Karena kemungkinan, kalau jalur penerbangan internasional sudah mulai dibuka, pelabuhan barang maupun orang terbuka, varian baru itu kan sulit dideteksi. Karena pengalaman kita, dua tempat itu yang seringkali ‘jebol’ ketika ada varian baru,” ucapnya.
Selama COVID-19 masih menyebar luas, Tauhid mengatakan pemerintah akan terus memberlakukan Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) meski levelnya perlahan-lahan diturunkan sehingga pemulihan ekonomi berjalan lebih lambat.
“Kalau PPKM berlanjut, aktivitas perekonomian akan terhambat sehingga pemulihan ekonomi berpotensi jauh lebih lambat, termasuk di tahun 2022,” kata Tauhid.
Karena itu, menurutnya, pemerintah harus tetap tetap menopang perekonomian nasional dengan belanja negara, termasuk untuk vaksinasi dan perawatan pasien COVID-19.
“Jaminan sosial atau bantuan sosial harus tetap ada, termasuk dukungan program untuk UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) tetap perlu. Jadi kalau kondisi nanti kembali memburuk, kita sudah menganggarkan untuk program-program seperti itu,” ucapnya.
Baca juga: Kemenkeu: Reformasi struktural lanjut agar ekonomi pulih berkelanjutan
Baca juga: Bappenas ungkap syarat capai pertumbuhan ekonomi dari pandemi
Baca juga: Penyelamatan ekonomi Indonesia dari belanja APBN
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021