Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menegaskan peranan karantina pertanian sangat penting dan menjadi pertahanan negara untuk kedaulatan pangan, terutama menjaga produk makanan tumbuhan atau hewan yang dibawa.
Mentan Syahrul dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Selasa, mengatakan karantina pertanian selalu menjadi pertahanan negara dalam menghadirkan kedaulatan pangan, serta pangan sehat dan bermutu.
Karantina pertanian juga dinilai mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang sempat terperosok akibat pandemi panjang COVID-19 melalui peningkatan ekspor yang berlipat.
"Oleh karena itu tugas karantina sangat berat. Secara khusus saya berterima kasih kepada Gubernur NTT dan Bupati yang melihat ini sebagai sesuatu kepentingan bangsa dan negara," kata Mentan dalam upacara Hari Karantina Pertanian ke 144 yang digelar di Lapangan Kupang, NTT Senin (18/10).
Mentan mengatakan kesehatan masyarakat bisa saja terganggu secara serius bila negara tidak memiliki pengawasan terhadap makanan rakyat yang masuk melalui pintu-pintu bandara dan pelabuhan seluruh Indonesia.
"Bayangkan saja ketika hama masuk ke Indonesia dan negara tidak memiliki penjaganya, maka ini akan bersoal pada kesehatan hewan kita, kepada pertanian kita yang rentan oleh hama. Bahkan tidak hanya itu, serangan hama juga bisa menghancurkan ekonomi kita," katanya.
Dari kegiatan Merdeka Ekspor yang digelar di 17 pintu utama beberapa waktu lalu, peran karantina secara khusus mampu menghadirkan devisa negara sebesar Rp7,1 triliun. Mentan menyebut, hal ini bisa dilipatgandakan melalui program Gerakan Tiga Kali Ekspor (Geratieks).
"Karantina ditugasi menjaga pintu penyelamat dari hama dan penyakit. Kemudian karantina juga memiliki tugas untuk meningkatkan ekspor melalui Geratieks. Semua bisa kita lakukan dengan cara berkolaborasi," kata Mentan Syahrul Yasin Limpo.
Baca juga: Mentan instruksikan karantina perketat masuknya produk pangan ke RI
Baca juga: Mentan minta badan karantina kawal ekspor dan lebih kreatif
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021