Di dalam gedung itu berkumpul semua orang yang mengganggur lalu mereka diajarkan tentang kesenian, kerajinan dan keterampilan

Jakarta (ANTARA News) - Sastrawan dan wartawan senior Gerson Poyk (80) masih punya satu mimpi yang belum tercapai. "Sebelum meninggal, Saya ingin membuat desa-desa budaya," ujarnya di Jakarta.

Desa budaya yang dia maksud bukanlah suatu desa yang diisi orang-orang yang berbudaya. Peraih dua kali penghargaan jurnalistik Adinegoro itu hanya menginginkan sebidang tanah di desa atau kota untuk membangun gedung budaya yang memakili kesenian daerah tersebut.

"Di dalam gedung itu berkumpul semua orang yang mengganggur lalu mereka diajarkan tentang kesenian, kerajinan dan keterampilan," kata kelahiran Namodele, Pulau Rote itu.

Gerson bermimpi para pengangguran itu bisa membuat kerajinan yang menarik wisatawan. Para penganggur selanjutnya menjadi pengrajin sekaligus penjaga kelestarian kebudayaan.

"Secara tidak langsung budaya setempat akan diwarisi ke cucu-cucu mereka," ujar bekas guru SMP dan SGA serta Wartawan Sinar Harapan tahun 1962-1970 itu.

Desa budaya itu dalam mimpinya akan berdiri di seluruh Indonesia. "Tapi kalau tidak, saya akan mulai dari tanah kelahiran di NTT," kata Gerson yang mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, USA (1970/1971).

Gerson mengemukakan hal itu saat peluncuran bukunya yang berjudul "Keliling Indonesia Dari Era Bung Karno Sampai SBY". Buku itu menambah daftar karyanya yaitu novel Hari-Hari Pertama (1968), Sang Guru (1971), Cumbuan Sabana (1979), dan Giring-Giring (1982) serta berbagai cerita pendek.
(A038/A038/BRT)

Pewarta: Adam Rizallulhaq
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011