Daripada menjadi persoalan, sebaiknya diteliti lanjut saja, hanya butuh waktu dua bulan kok, kemudian baru umumkan hasilnya ke masyarakat

Padang (ANTARA News) - Peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) perlu berhati-hati dalam mengumumkan hasil penelitian mengenai susu formula yang diduga mengandung bakteri "enterobacter sakazakii" yang berbahaya bagi kesehatan, kata Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri, Prof. Dr. Musliar Kasim.

"Pengumuman hasil penelitian yang sifatnya sensitif itu perlu kehati-hatian, karena jika tidak akan berdampak buruk baik bagi masyarakat, peneliti, atau produsen susu bersangkutan," kata Kasim yang juga Rektor Universitas Andalas, di Padang, Sabtu.

Dia mengatakan hal tersebut ketika dimintai komentarnya terkait, penelitian yang dilakukan di IPB yang menemukan adanya merek susu formula yang mengandung enterobacter sakazakii itu.

Menurut dia, hasil penelitian itu memang wajib dipublikasikan pada masyarakat, namun jika masalah sensitif dan menyangkut hajat hidup orang banyak perlu ke hati-hatian agar tidak menimbulkan dampak buruk.

"IPB tersebut kan hanya meneliti sampel susu, tidak keseluruhan susu yang ada, dari sampel itu ada yang diduga mengandung bakteri berbahaya tersebut, namun untuk publikasi merek susu tersebut harus ada prosedurnya," katanya.

Dia mengatakan, agar tidak berlarut dan menimbulkan persoalan, pemerintah, katanya perlu mengistruksikan pada pihak berwenang untuk melakukan penelitian lanjutan sehingga nanti yang ditemukan itu tidak hanya dari sampel, namun keseluruhan produk susu yang ada.

"Jika hanya mengumumkan sampel yang diteliti itu tidak adil, karena hanya sampel, jadi hanya beberapa persen saja, jika mau adil harusnya diteliti seluruh susu yang ada kemudian baru publikasikan hasilnya ke masyarakat," katanya.

Prof. Muslim Kasim mengatakan, sebenarnya untuk meneliti tentang susu formula yang diduga mengandung bakteri yang berbahaya itu tidak membutuhkan waktu lama hanya dua bulan saja.

"Daripada menjadi persoalan, sebaiknya diteliti lanjut saja, hanya butuh waktu dua bulan kok, kemudian baru umumkan hasilnya ke masyarakat," katanya.

Dia mengatakan, masyarakat berhak mengetahui hasil penelitian tersebut, agar bisa berhati-hati, namun informasi yang diterima harus menyeluruh.

"Ini masalah sensitif, jadi informasinya jangan setengah-setengah," katanya.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011