Mereka tampaknya akan tersingkir ke taman-taman dan jalan-jalan di pinggiran kota ... Mereka cuma tinggal di kota itu
Sydney (ANTARA News) - Koloni sebanyak 22.000 kelelawar mungkin akan membuat permukiman di dekat tempat tinggal manusia setelah pengadilan Australia mengganjar "rubah terbang" itu dengan surat pengusiran dan mengizinkan pemerintah memburu hewan malam tersebut dengan menggunakan suara keras industri.
Pengadilan itu memutuskan "rubah terbang" tersebut yang memiliki bulu kepala abu-abu, kelelawar terbesar di Australia, boleh diusir dari Royal Botanical Garden di pusat kota Sydney, sebab koloni itu berkembang terlalu banyak dan mengancam ratusan pohon langka yang dilindungi, sebagaimana dikutip dari AAP-OANA.
Tapi kelompok pecinta lingkungan hidup menyatakan semua taman tersebut adalah habitat yang rentan tempat bertengger kelelawar, yang didaftar sebagai spesies "rentan" oleh pemerintah. Dan jika hewan itu diburu, mereka tak memiliki banyak tempat untuk didatangi selain kota tersebut.
"Mereka tampaknya akan tersingkir ke taman-taman dan jalan-jalan di pinggiran kota ... Mereka cuma tinggal di kota itu," kata Storm Standord dari Bat Advocacy NSW, satu kelompok yang berjuang di pengadilan untuk membela kelelawar.
Kelelawar jantan sangat terikat dengan tempat bertengger mereka sehingga diperlukan tekanan yang sangat kuat untuk terbebas dari mereka, jika tidak mereka akan terus balik lagi, kata wanita pegiat tersebut.
Taman itu menyatakan kelelawar, yang sudah berdiam selama 20 tahun di taman tersebut, telah merusak puluhan pohon dan beberapa ratus pohon kini berada dalam bahaya sehingga pengelola tak bisa membuang-buang waktu untuk menyelamatkan pohon-pohon itu.
"Musim puncak lebih dari 22.000 rubah terbang benar-benar tak bisa ditampung di salah satu taman botani terbesar di dunia tersebut," kata Gardens Executive Director Tim Entwisle sebagaimana dikutip AAP.
(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011