New York (ANTARA) - Harga minyak global mundur setelah menyentuh level tertinggi multi-tahun pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), diperdagangkan beragam setelah data produksi industri AS untuk September turun, meredam antusiasme awal tentang permintaan.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November menetap 16 sen atau 0,19 persen lebih tinggi, pada 82,44 dolar AS per barel, setelah mencapai 83,87 dolar AS per barel, tertinggi sejak Oktober 2014.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember merosot 53 sen atau 0,6 persen, menjadi ditutup di 84,33 dolar AS per barel setelah mencapai 86,04 dolar AS per barel, tertinggi sejak Oktober 2018.
Kedua kontrak naik setidaknya 3,0 persen minggu lalu.
Produksi di pabrik-pabrik AS turun paling tajam dalam tujuh bulan pada September karena kekurangan semikonduktor global yang berkelanjutan menekan produksi kendaraan bermotor, bukti lebih lanjut bahwa kendala pasokan menghambat pertumbuhan ekonomi.
"Pasar minyak dimulai dengan banyak kegembiraan, tetapi data yang lemah pada produksi industri AS menyebabkan orang kehilangan kepercayaan terhadap permintaan, dan China merilis data yang meningkatkan kekhawatiran itu," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di New York.
Data industri yang lebih lemah diperparah oleh meningkatnya ekspektasi produksi pada Senin (18/10/2021), lebih lanjut membebani sentimen pasar.
Produksi AS dari cekungan serpih diperkirakan akan meningkat pada November, menurut laporan bulanan AS pada Senin (18/10/2021).
Produksi minyak dari cekungan Permian Texas dan New Mexico diperkirakan akan naik 62.000 barel per hari (bph) menjadi 4,8 juta barel per hari bulan depan, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan dalam laporan produktivitas pengeborannya. Total produksi minyak dari tujuh formasi serpih utama diperkirakan akan naik 76.000 barel per hari menjadi 8,29 juta barel per hari di bulan tersebut.
Dorongan awal lebih tinggi pada Senin (18/10/2021) datang ketika pelaku pasar berusaha untuk melonggarkan pembatasan setelah pandemi COVID-19 dan musim dingin yang lebih dingin di belahan bumi utara meningkatkan permintaan.
"Melonggarkan pembatasan di seluruh dunia kemungkinan akan membantu pemulihan konsumsi bahan bakar," kata analis di ANZ Bank dalam sebuah catatan, menambahkan peralihan gas-ke-minyak untuk pembangkit listrik saja dapat meningkatkan permintaan sebanyak 450.000 barel per hari di kuartal keempat.
Suhu dingin di belahan bumi utara juga diperkirakan memperburuk defisit pasokan minyak, kata Edward Moya, analis senior di OANDA.
"Defisit pasar minyak tampaknya akan menjadi lebih buruk karena krisis energi akan meningkat akibat cuaca di utara sudah mulai lebih dingin," katanya.
“Karena kekurangan batu bara, listrik, dan gas alam menyebabkan permintaan tambahan untuk minyak mentah, tampaknya tidak akan disertai dengan tambahan barel yang signifikan dari OPEC+ atau AS,” katanya.
Perdana Menteri Fumio Kishida mengatakan pada Senin (18/10/2021) bahwa Jepang akan mendesak produsen minyak untuk meningkatkan produksi dan mengambil langkah-langkah untuk meredam dampak lonjakan biaya energi pada industri.
Data China menunjukkan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga turun ke level terendah dalam setahun akibat kekurangan listrik, kemacetan pasokan, dan wabah COVID-19 sporadis.
Tingkat pemrosesan minyak mentah harian China pada September juga turun ke level terendah sejak Mei 2020 karena kekurangan bahan baku dan inspeksi lingkungan melumpuhkan operasi di kilang-kilang, sementara kilang independen menghadapi pengetatan kuota impor minyak mentah.
Perdagangan global dengan cepat pulih dari posisi terendah pandemi, ahli strategi komoditas Bank of America Warren Russell mengatakan dalam sebuah catatan. Level perdagangan naik 13 persen tahun ini, dan 4,0 persen lebih tinggi dari level 2019. Perdagangan menunjukkan meningkatnya permintaan minyak mentah karena ekonomi pulih dari pandemi, kata para analis.
"Aset-aset keuangan seperti minyak akan berkinerja kuat hingga 2021," kata para analis.
Baca juga: Emas jatuh lagi 2,6 dolar tertekan kenaikan imbal hasil obligasi AS
Baca juga: Rupiah awal pekan ditutup melemah, di tengah ekspektasi tapering Fed
Baca juga: IHSG awal pekan ditutup naik, ditopang optimisme pemulihan ekonomi RI
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021